Kamis, 29 April 2010

pengetahuan tentang bahayanya rokok pada siswa SMA


BAB I
PENDAHULUAN


A. Latar Belakang Masalah
Negara maju seperti Amerika Serikat kebiasaan merokok ada kecenderungan menurun, karena sejak beberapa tahun lalu di negara tersebut telah ada gerakan yang menyatakan bahwa merokok merupakan perilaku buruk, tidak berpendidikan, lain halnya di negara berkembang ada kecenderungan meningkat untuk merokok. Dewasa ini di negara berkembang telah menjadi sasaran reklame rokok guna memasarkannya. Negara maju pun di kalangan remaja dan dewasa muda cenderung meningkat dalam kebiasaan merokok (Departemen Kesehatan RI, 1992).
Laporan (World Health Organization) WHO juga menyebutkan jumlah perokok meningkat 2,1% pertahun di negara berkembang. Negara maju angka ini menurun sekitar 1,1 % pertahun. Penelitian di Jakarta menunjukkan bahwa 64,8% pria dan 9,8% wanita dengan usia diatas 13 tahun adalah perokok. Bahkan pada kelompok remaja, 49% pelajar pria dan 8,8% pelajar wanita di Jakarta sudah merokok (www.kompas.com, 2003)
Mengacu pada data Bank Dunia pada tahun 1999 perolehan cukai rokok di Indonesia hanya Rp 2,6 triliun dan kerugian masyarakat akibat rokok mencapai sekitar Rp 14,5 triliun yaitu berupa beban biaya pengobatan, kecacatan dan penurunan produktivitas. Aspek perilaku merokok di Indonesia jauh melampaui perilaku kesehatan masyarakat. Jadi dapat dikatakan masyarakat Indonesia lebih suka mengkonsumsi rokok dibandingkan dengan mengutamakan aspek kesehatan. Pernyataan ini didasarkan pada realitas bahwa belanja rokok di Indonesia mencapai Rp 100 triliun, sedangkan belanja obatnya hanya Rp 20 triliun. (www.republikonline. com, 2003).
Data dari rumah sakit di Indonesia menunjukkan bahwa merokok menunjukkan faktor resiko pertama dan tertinggi bagi serangan jantung. Usia muda di bawah 40 tahun, merokok merupakan faktor resiko pertama bagi penyakit jantung koroner dan ditemukan pula bahwa sebagian besar (62-83%) yang terkena serangan jantung di bawah umur 40 tahun adalah perokok berat dan sedang (Dep.Kes. RI, 1992).
Berbagai penelitian tentang bahaya merokok sudah banyak dilakukan, diantaranya kebiasaan merokok mempengaruhi peningkatan kolesterol dan trigliserida secara bermakna dibandingkan dengan yang bukan perokok. Akhir-akhir ini beberapa penelitian menunjukkan hubungan antara radikal bebas dengan terjadinya kanker yang disebabkan oleh rokok. (Bina Didik Tenaga Kesehatan, 2001). Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dari niterogen dan senyawa hidrokarbon. Adapun komponen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenol, dan kadmium.
Umumnya fokus penelitian ditujukkan pada peranan nikotin dan karbon monoksida (CO). Kedua bahan ini, selain meningkatkan kebutuhan oksigen juga mengganggu suplai oksigen keotot jantung. Merokok menjadi faktor utama penyebab penyakit pembuluh darah jantung. Bukan hanya menyebabkan penyakit jantung koroner, merokok juga berakibat buruk bagi pembuluh darah ke otak (www.kompas.com, 2003).
Banyak penelitian dilakukan, bahwa merokok mengganggu kesehatan tubuh. Merokok terutama dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler dan kanker, baik kanker paru-paru, oesophagus, laryng dan rongga mulut. Merokok juga dapat menimbulkan kelainan-kelainan rongga mulut, misalnya pada lidah, gusi, mukosa mulut, gigi dan langit-langit. Asap rokok mengandung komponen-komponen dan zat¬zat yang berbahaya bagi tubuh, seperti nikotin, tar dan karbon monoksida. (www.depkes.ri.com, 2004)
Kini makin banyak diteliti dan dilaporkan pengaruh buruk merokok pada ibu hamil, impotensi, menurunnya kekebalan tubuh, termasuk pada pengidap virus hepatitis, kanker saluran cerna dan lain-lain. Penurunan kekebalan tubuh pada perokok menjadi pencetus lebih mudahnya terlCena Acquired Immune Deficiency Syndrome (AIDS).
Asap rokok rnerupakan polutan bagi manusia dan lingkun-an sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan pula problem dibidang ekonomi. Sudut ekonomi kesehatan, menyatakan bahwa dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan bahkan negara (www.kompas.com, 2003).

Hasil pengamatan yang dilakukan di SMA Negeri 2 Metro selama 3 hari ternyata pada saat pulang sekolah terdapat siswa laki laki yang merokok. Data yang diperoleh tersebut sesuai dengan pernyataan bahwa yang menyebutkan bahwa pada kelompok remaja ada 49% pelajar pria dan pelajar wanita sudah merokok (www.kompas.com,2003).
Berdasarkan data di atas penulis ingin mengetahui pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok di Sekolah Menengah Atas (SMA) Negeri 2 Metro. Mengingat bahwa bahaya rokok sangat banyak dan fatal akibatnya apalagi bila sudah dimulai sejak usia dini.

B. Perumusan Masalah
Berdasarkan uraian pada latar belakang maka penulis membuat rumusan masalah "Bagaimana pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok di SMA Negeri 2 Metro".

C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Untuk mengetahui pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok di SMA Negeri 2 Metro.
2. Tujuan khusus
a. Diketahui pengetahuan siswa kelas II mengenai pengertian rokok
b. diketahui pengetahuan siswa kelas II mengenai zat-zat yang berbahaya dalam rokok.
c. Diketahui pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan

D. Ruang Lingkup
Penelitian ini penulis membatasi ruang lingkup penelitian :
1. Jenis penelitian adalah deskriptif.
2. Objek penelitian adalah pengetahuan siswa kelas II Mengenai bahaya rokok di SMA Negeri 2 Metro.
3. Subjek penelitian adalah semua siswa kelas II di SMA Negeri 2 Metro
4. Lokasi penelitian adalah SMA Negeri 2 Metro
5. Waktu penelitian dilaksanakan pada Mei 2008

E. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan memberikan manfaat :
a. Bagi Institusi Program Studi Kebidanan
Sebagai sumber referensi pelajaran terutama yang berkaitan dengan bahaya rokok.

b. Bagi Siswa
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan dan wawasan siswa mengenai bahaya rokok, agar siswa semakin mantap untuk menghindari rokok, karena bahaya rokok sangat banyak.


c. Bagi Institusi SMA Negeri 2 Metro
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan siswa mengenai bahaya rokok dengan mengadakan penyuluhan atau mengadakan extrakulikuler yang membahas tentang bahaya rokok.

d. Bagi Peneliti
Sebagai penerapan mata kuliah Metodologi Penelitian dan menambah pengalaman dalam penulisan KTI, Serta sebagai masukan pengetahuan tentang bahaya merokok.



















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Mendukung permasalahan yang diungkapkan dalam usulan penelitian, diperlukan tujuan kepustakaan yang kuat. Tujuan kepustakaan ini sangat penting dalam mendasari penelitian yang akan dilakukan.
A. Variabel Penelitian
1. Rokok
a. Pengertian Rokok
Rokok biasanya berbentuk silinder terdiri dari kertas yang berukuran panjang antara 70 hingga 120 dengan diameter 10 mm berwarna putih dan coklat Biasanya berisi daun daun tembakau yang telah dicacah ditambah sedikit racikan racikan seperti cengkeh saus rokok serta racikan lainnya (Sugeng D.Triswan to,2007).
Merokok sudah merupakan hal yang biasa kita jumpai dimana-mana di dunia, kebiasaan ini sudah begitu luas dilakukan baik dalam lingkungan berpendidikan tinggi maupun berpendidikan rendah. Merokok sudah menjadi masalah yang kompleks yang menyangkut aspek psikologis dan gejala sosial (www:depkes.ri.com, 2004).
Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampak buruk bagi si perokok itu sendiri (Soetjiningsih dalam Subanda B, 2004). Dibandingkan dengan yang bukan perokok. Rokok juga dapat menyebabkan kanker (Bina Pendidikan Tenaga Kesehatan, 2001).
Penelitian menunjukkan bahwa rokok / tembakau adalah :
1) Pintu pertama ke narkotika
2) Rokok merupakan pembunuh nomor 3 setelah jantung koroner dan kanker
3) Satu batang rokok umur memendek 12 menit
4) 57.000 orang mati karena rokok (Indonesia).
Mereka yang tidak merokok tetapi terkena asap rokok dari mereka yang merokok juga akan mengalami gangguan pada kesehatan dengan resiko yang sama (Hawari, 2001).
Seseorang yang bukan perokok, tetapi yang ikut mengkonsumsi asap rokok beserta zat-zat yang terkandung didalamnya disebut perokok pasif. Asap yang dihasilkan dari rokok yang mengepul keluar ditambah dengan asap yang dihembuskan oleh perokok, mengandung zat kimia lebih tinggi dari pada yang dihisap oleh perokok itu sendiri. Artinya asap rokok tidak saja berbahaya bagi perokok melainkan juga perokok pasif atau bukan perokok (Dep.Kes. RI, 1992).
Penelitian menunjukkan bahwa tiap satu batang rokok mengandung kurang lebih 4.000 elemen dan setidaknya 200 diantaranya berbahaya bagi kesehatan. Racun utama pada rokok adalah tar, nikotin dan karbon monoksida (www.republikonline.com, 2003).
b. Kandungan Zat-Zat pada Rokok yang Berbahaya bagi Kesehatan
Bahan kimia ada 4000 jenis telah ditemukan dalam rokok, dengan 40 jenis diantaranya bersifat karsinogen (dapat menyebabkan kanker). Bahan racun MI. lebih banyak didapatkan pada asap samping, misalnya karbon monoksida 5 kali lipat lebih banyak ditemukan pada asap samping dari pada asap utama, benzopiren 3 kali dan amoniak 50 kali. Bahan-bahan ini dapat bertahan sampai beberapa jam lamanya dalam ruang setelah berhenti merokok. Umumnya fokus penelitian ditujukan pada peranan nikotin dan karbon monoksida. Kedua bahan ini selain meningkatkan kebutuhan oksigen, juga mengganggu suplai oksigen ke otot jantung (www.kompas.com, 2003) Asap rokok yang dihirup seorang perokok mengandung komponen gas dan partikel. Komponen gas terdiri dari karbon monoksida, karbon dioksida, hidrogen sianida, amoniak, oksida dan' niterogen dan senyawa hidrokarbon. Kompanen partikel terdiri dari tar, nikotin, benzopiren, fenel dan kadmium. Asap rokok yang dihembuskan para perokok dapat dibagi atas asap utama dan asap samping. Asap utama rnerupakan asap tembakau yang dihirup langsung oleh perokok, sedangkan asap samping merupakan asap tembakau yang disebarkan ke udara bebas, yang akan dihirup oleh orang lain atau perokok pasif (www.kompas.com, 2003).

Asap rokok mengandung komponen-komponen dan zat-zat yang berbahaya bagi tubuh. Banyaknya komponen tergantung pada tipe tembakau, temperatur pembakaran, panjang rokok, prioritas kertas pembungkus, bumbu rokok serta ada tidaknya filter. Zat-zat yang berbahaya berupa gas-gas atau partikel-partikel. Asap rokok yang dihisap 90% mengandung berbagai gas seperti N2, 02, C02 10% sisanya mengandung partikel tertentu seperti tar, nikotin dan lain-lain (www.depkes.ri.com, 2004).
Banyak zat yang berbahaya dari asap rokok, tetapi ada 3 (tiga) bahan pokok yang paling berbahaya adalah karbon monoksida, tar dan nikotin.
1) Karbon Monoksida
Karbon monoksida (CO) merupakan gas beracun yang tidak bau sama sekali. Karbon monoksida yang terdapat dalam asap rokok dapat mengikat dirinya pada haemoglobin (Hb) darah yang mengakibatkan oksigen (O2) tersingkir dan tidak dapat digunakan oleh tubuh. Efek selanjutnya adalah jaringan pembuluh darah akan menyempit dan mengeras. Sehingga akhirnya dapat menyebabkan penyumbatan. Satu batang rokok yang dibakar mengandung 3-6% karbon monoksida. Asap rokok dari pipa mengandung karbon monoksida 2 kali dan asap dari cerutu mengandung karbon monoksida 5-6 kali dibandingkan dari asap rokok sigaret kretek (Dep.Kes. RI., 1992).
Karbon monoksida dapat menurunkan secara langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh. Karbon monoksida menggantikan tempat oksigen di haemoglobin (Hb), menggangu pelepasan oksigen dan mempercepat aterosclern.sis (pengaturan atau penebalan dinding pembuluh darah). Dengan demikian, karbon monoksida menurunkan kapasitas latihan fisik, meningkatkan vikositas darah, sehingga mempermudah penggumpalan darah (www.kompas.com, 2003).
2) Tar
Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru (www.republikonline.com, 2003). Tar adalah komponen dalam asap rokok yang tinggai sebagai sisa sesudah dihilangkan nikotin dan tetesan-tetesan cairannya. Sebatang sigaret kretek dan pipa menghasilkan 10¬30 mg tar. Cerutu dan pipa menghasilkan tar yang lebih banyak. Tar merupakan kumpulan berbagai zat kimia yang berasal dari daun tembakau sendiri, maupun yang ditambahkan pada tembakau dalam proses pertanian dan industri sigaret serta bahan pembuat rokok lainnya. Kadar tar dalam rokok inilah yang berhubungan dengan timbulnya kanker (Dep. Kes. RI, 1992).

3) Nikotin
Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi saraf dan peredaran darah (zat ini bersifat karsinogen dan mampu memicu kanker paru-paru yang mematikan) (www.republikonline.com, 2003). Nikotin adalah salah satu racun yang sangat cepat beraksi dan mematikan. Nikotin dalam tahap pertama dan sementara mempunyai rangsangan dan dalam jangka panjang secara perlahan-lahan merusak. Akibat dari nikotin menyebabkan pembuluh darah menjadi sempit, denyut jantung bertambah dan mudah terserang darah tinggi. Nikotin yang diserap dari rokok melalui selaput lendir mulut, hidung dan tertinggi bagi serangan jantung. Efek rokok terhadap jantung adalah karena gas karbon monoksida yang terkandung dalam asap rokok dapat mengikat Hb, yang berakibat oksigen tersingkat tidak dapat digunakan oleh tubuh. Penyempitan pembuluh darah kecil dikulit sehingga sirkulasi darah ke kulit akan berkurang dan kulit menjadi pucat. Kerusakan serabut-serabut jaringan ikat yang berakibat kulit tidak elastis. Kulit menjadi kendor, keriput dan Wit akan kehilangan kelembaban, produksi minyak kulit berkurang dan kulit akan kekurangan vitamin C yang berperan penting dalam pemeliharaan serabut kolagen dan elastis untuk keelastisan kulit. Hal ini terjadi karena zat yang beracun dari tembakau seperti nikotin, karbon monoksida dan oksida-oksida nitrogen yang mensabot kemampuan darah untuk mengikat darah (Dep. Kes. RI, 1992).
Hubungan antara merokok dan kanker paru-paru erat hubungannya dengan kebiasaan merokok, terutama sigaret kretek. Bahkan ada yang secara tegas menyatakan bahwa rokok sebagai penyebab utama terjadinya kanker paru-paru. Partikel asap rokok seperti benzopiren dan tar dikenal sebagai bahan karsinogen yang dapat menimbulkan terjadinya kanker paru-paru. Dibandingkan dengan bukan perokok, kemungkinan timbulnya kanker paru¬paru pada perokok mencapai 10-30 kali lebih sering (www.kompas.com, 2003).
Efek racun pada rokok membuat pengisap rokok mengalami resiko (dibanding yang tidak mengisap asap rokok) yaitu : (1) 14 x menderita kanker paru-paru, mulut dan juga tenggorokan, (2) 4 x menderita kanker esofagus (3) 2 x menderita kanker kandung kemih, (4) 2 x menderita serangan jantung (5) rokok juga meningkatkan resiko kefatalan bagi penderita pneumonia dan gagal jantung, serta tekanan darah tinggi (www.republikonline.com, 2003).
Terkait kompleksnya dampak rokok maka menteri kesehatan pemah menyatakan bahwa laju kematian akibat merokok di Indonesia mencapai 57.000 orang pertahun. Perlu juga bagi kita untuk membandingkan keuntungan dan kerugian dari industri rokok di Indonesia. Mengacu pada data Bank Dunia pada tahun 1999 perolehan cukai rokok di Indonesia hanya Rp. 2,6 triliun dan kerugian masyarakat akibat merokok mencapai sekitar Rp. 14,5 triliun yaitu berupa beban biaya, pengobatan, kecacatan dan penurunan produktivitas. Lebih mengerikan lagi ternyata aspek perilaku merokok di Indonesia jauh melampaui perilaku kesehatan masyarakat. Asumsi yang diperoleh bahwa masyarakat Indonesia lebih suka mengkonsumsi rokok dibanding dengan mengutamakan aspek kesehatan (www.republikonline.com, 2003).
Asap rokok merupakan polutan bagi manusia dan lingkungan sekitarnya. Bukan hanya bagi kesehatan, merokok menimbulkan pula problem di bidang ekonomi. Dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, balk individu maupun keluarga (www.kompas.com, 2003).
Merokok dapat menimbulkan penyakit kardiovaskuler dan kanker, balk kanker paru-paru, oesophagus dan laryng. Menimbulkan juga kelainan¬kelainan pada rongga mulut misalnya pada lidah, gusi, mukosa mulut, gigi dan langit-langit yang berupa stomatitis nikotina dan infeksi jamur.
1. Pengaruh rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut
Gigi dapat berubah warna karena tembakau. Noda ini pada mulanya dianggap disebabkan oleh nikotin, tetapi sebetulnya disebabkan oleh hasil pembakaran tembakau yang berupa tar. Nikotin sendiri tidak berwarna dan mudah larut, warna coklat pada gigi perokok biasa sedangkan warna hitam terjadi pada perokok yang menggunakan pipa.
Kebiasaan merokok sangat mempengaruhi kesehatan mulut terutama perubahan mukosa. Perubahan ini tidak menimbulkan rasa sakit (lesi pra ganas) sehingga tidak diperhatikan oleh si penderita, sampai keadaan menjadi lanjut (www.depkes.ri.com, 2004).
2. Pengaruh merokok terhadap lidah
Perokok berat, merokok dapat menyebabkan rangsangan pada papila filifornzis (tonjolan / juntaian pada lidah bagian atas) sehingga menjadi lebih panjang (hipertropi). Hasil pembakaran rokok yang berwarna hitam kecoklatan mudah dideposit, sehingga perokok sukar merasakan rasa pahit, asin dan manis. Karena rusaknya ujung sensoris dari alat perasa (www.depkes.ri.com, 2004).
3. Pengaruh merokok terhadap gusi
Jumlah karang gigi pada rokok cenderung lebih banyak dari pada yang bukan perokok. Karang gigi yang tidak dibersihkan dapat menimbulkan berbagai keluhan seperti gingivitis atau gusi berdarah. Hasil pembakaran rokok dapat menyebabkan gangguan sirkulasi peredaran darah kegusi sehingga mudah terjangkit penyakit (www.depkes.ri.com, 2004).


4. Penebalan mukosa akibat merokok
Merokok merupakan salah satu faktor penyebab leukoplakia yaitu suatu bercak putih atau plak pada mukosa mulut yang tidak dapat dihapus. Hal ini bisa dijumpai pada usia 30 - 70 tahun yang mayoritas penderitanya pria terutama yang perokok.
Iritasi yang terus menerus dari hasil pembakaran tembakau menyebabkan penebalan pada jaringan mukosa mulut. Sebelum gejala klinis terlihat, iritasi dari asap tembakau ini menyerang sel-sel epitel mukosa, sehingga aktifitasnya meningkat. Gejala ini baru terlihat bila alctifitas selluler bertambah dan epitel menjadi tebal, terutama tampak pada mukosa bukal (mukosa yang menghadap kepipi) dan pada dasar mulut. Perubahan mukosa mulut terlihat sebagai bercak putih. Bercak putih tersebut mungkin disebabkan karena epitel yang tebal jauh dengan saliva (air ludah). Para ahli mengatakan bahwa leukoplakia merupakan lesi pra-ganas didalam mulut. Perubahan leukoplakia menjadi ganas 3 - 6% (www.depkes.ri.com, 2004).
Sudut ekonomi kesehatan menyatakan, dampak penyakit yang timbul akibat merokok jelas akan menambah biaya yang dikeluarkan, baik bagi individu, keluarga, perusahaan bahkan negara.
Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok mempengaruhi penyediaan tenaga kerja, terutama tenaga terampil, dengan kematian mendadak atau kelumpuhan yang timbul, jelas menimbulkan kerugian besar bagi perusahaan. Penurunan produktivitas tenaga kerja menimbulkan penurunan pendapatan perusahaan, juga beban ekonomi yang tidak sedikit balk individu dan keluarga. Pengeluaran untuk biaya kesehatan meningkat bagi keluarga, perusahaan, maupun pemerintahan. (www.kompas.com, 2003).

2. Pengetahuan
Pengetahuan menurut Notoaimodjo (2002), adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu objek tertentu.
Sedangkan menurut Notoatmodjo (2003), pengetahuan adalah hasil tahu dari manusia yang sekedar menjawab pertanyaan.
Pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa pengetahuan adalah hasil tahu yang didapat seseorang setelah melakukan penginderaan terhadap objek tertentu. Sementara itu menurut Notoatmodjo (2003) membagi tingkat pengetahuan sebagai berikut :
1) Tahu (know)
Artinya kemampuan untuk mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya.
2) Memahami (comprehension)
Artinya suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui.
3) Aplikasi (aplication)
Artinya suatu kemampuan untuk mempergunakan materi atau objek yang' telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya).

4) Analisis (analysis)
Artinya suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek ke dalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam struk'tur organisasi dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5) Sintesis (syntesis)
Artinya suatu kemampuan untuk melakukan atau menghubungkan bagian¬-bagian ke daiam suatu bentvk keseluruhan yang baru.

6) Evaluasi (evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menyajikan tentang isi materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden. Kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau kita ukur dapat kita sesuaikan dengan tingkat-tingkatan di atas.




B. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian pada dasarnya adalah kerangka hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002). Dalam penelitian ini dengan menggali pada latar belakang dan landasan teori, maka dalam penelitian ini dibuat kerangka konsep sebagai berikut :
Variabel Independen Variabel Dependen




Gambar 1. Bagan Kerangka Konsep Penelitian.

C. Definisi Operasional
Menurut Notoatmodjo (2002), untuk membatasi ruang lingkup atau pengertian variabel-variabel diamati atau diteliti, perlu sekali variabel-variabel tersebut diberi batasan atau definisi operasional. Definisi operasional ini juga bermanfaat untuk mengarahkan kepada pengukuran atau pengamatan terhadap variabel-variabel yang bersangkutan serta pengembangan instrumen (alat ukur). Adapun dalam penelitian ini,variabel yang akan didefinisikan secara operasional dapat dijelaskan sebagai berikut:
Tabel 1. Definisi Operasional Pengetahuan Siswa Mengenai Bahaya Rokok di SMA Negeri 2 Metro Tahun 2008

Variabel Yang
Diteliti Defenisi Operasional Variabel Cara Ukur Alat Ukur Hasil Ukur Skala
Pengetahuan tentang
bahaya rokok:
a. Pengertian rokok
b. Kandungan zat-zat yang berbahaya dalam rokok
c. Bahaya rokok terhadap kesehatan
Pemahaman
responden tentang
pengertian
rokok, apa yang
dimaksud dengan
rokok,dan kandungan zat-zat yang berbahaya dalam rokok serta bahaya rokok terhadap kesehatan Angket Kuisioner - Baik
76%-100%
- Cukup
56-75%
- Kurang
40%-55%
- Kurang sekali
< 40% Ordinal






















BAB III
METODE PENELITIAN


Bagian ini menguraikan tentang metode atau cara yang akan digunakan dalam penelitian. Oleh sebab itu, dalam uraian itu telah tercermin langkah-langkah teknis dan operasional penelitian yang akan dilaksanakan.

A. Jenis dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian diskriptif. Menurut Notoatmodjo (2002), penelitian diskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau diskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. Penelitian ini dimaksudkan untuk mendapatkan gambaran pengetahuan siswa kelas II SMA N 2 Metro mengenai bahaya rokok.

B. Lokasi Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di SMA N 2 pada siswa Metro kelas II. Lokasi penelitian ini dipilih dengan pertimbangan bahwa penulis sudah mengenal kondisi di lokasi penelitian dan secara sepintas terlihat ada beberapa siswa kelas II yang merokok.


C. Populasi dan Sampel
1. Populasi
Populasi adalah subjek yang hendak diteliti dan memiliki sifat yang sama. Menurut Notoadmodjo (2002), Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti. Menurut Sugiyono (2002), populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas, objek/ subjek yang mempunyai kuantitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk di pelajari dan kemudian di tarik kesimpulannya.
Data yang di dapat menunjukkan bahwa ada 49% pelajar pria yang sudah merokok (wvw.kompas.com, 2003). Mengingat juga bahaya rokok sangat banyak dan dalam penelitian ditemukan data bahwa lebih banyak pelajar pria dibandingkan dengan pelajar wanita yang meokok. Sesuai dengan tujuan yang diinginkan, maka dalam penelitian ini menggunakan populasi siswa kelas II di SMA Negeri 2 Metro sebanyak 208 siswa.

2. Sampel
Menurut Arikunto (2002) Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti. Selanjutnya Notoadmojo, (2002) Sampel adalah sebagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi. Apabila subjek penelitian kurang dari seratus, lebih baik sample diambil semua sehingga penelitiannya merupakan penelittian populasi dan jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atau 20-25% atau lebih (Arikunto,1998).
Dari pendapat diatas maka besar sample yang menjadi subjek dalam penelitian adalah sebesar 25% dari jumlah populasi yang ada yaitu 25% x 208= 52 orang.

D. Variabel Penelitian
Menurut Notoatmodjo (2002), Variabel mengandung pengertian ukuran atau ciri yang dimiliki oleh anggota-anggota suatu kelompok yang berbeda dengan yang dimiliki oleh kelompok lain. Defenisi lain mengatakan bahwa variabel adalah suatu yang dipergunakan sebagai ciri, sifat atau ukuran yang dimiliki oleh satuan penelitian tentang suatu konsep pengertian tertentu, misalnya: umur, jenis kelamin, pendidikan, status perkawinan, pekerjaan, pengetahuan, pendapatan, penyakit dan sebagainya. Penelitian ini variabel bebasnya adalah pengetahuan. Sedangkan variabel indepeden atau tergantung adalah variabel akibat, yang dipengaruhi oeh variabel dependen. Dalam penelitian ini variabel terikatnya adalah bahaya rokok.

E. Pengukuran Variabel Penelitian
Penelitian ini penulis menggunakan alat ukur penelitian berupa kuesioner. Menurut pendapat Notoatmodjo (2002), kuesioner adalah pertanyaan yang tersusun dengan baik sudah matang, dimana responden tinggal memberikan jawaban atau memberikan tanda-tanda tertentu. Pengukuran variabel yang penulis gunakan adalah skala interval. Menurut Notoadmodjo (2002), skala interval seperti skala ordinal tetapi himpunan tersebut memberikan nilai interval atau jarak antara urutan kelas yang bersangkutan, kelebihan dari skala ini adalah jarak nomor yang sama menunjukkan juga jarak yang sama dari sifat yang di ukur.
Alat ukur yang digunakan pada penelitian tentang pengetahuan siswa mengenai rokok adalah :
Pengukuran pengetahuan mengenai rokok, teknik pengukuran yang digunakan adalah angket dan alat ukur berupa kuesioner yang diberikan kepada responden. Pada setiap item pertanyaan terdapat dua alternatif jawaban, benar dan salah. Bila benar mendapat skor 1 (nilai tertinggi) dan bila jawaban yang diberikan salah mendapat skor 0 (nilai terendah).
Tabel 2. Kisi-kisi pertanyaan tentang pengetahuan bahaya merokok
No Pengetahuan Nomor Soal
1.
2.
3. Pengertian rokok
Kandungan zat-zat yang berbahaya dalam rokok
Bahaya rokok terhadap kesehatan 1,2,3,4,5,6,7,8,9,10
11, 12,13,14,15,17,18,19,20
21,22,23,24,25,26,27,28,29,30

Langkah-langkah yang ditempuh dalam pengumpulan data, meliputi.
1. Tahap persiapan
Dalam tahap persiapan ini berisikan beberapa kegiatan data meliputi :
a. Mengurus perizinan kepada pimpinan wilayah kerja setempat dan pemimpin institusi tempat penilaian.
b. Menyusun lay out kuesioner
c. Menyusun item-item dalam bentuk pertanyaan
d. Memperbanyak kuesioner
2. Langkah pelaksanaan
Langkah pelaksanaan yaitu mencakup pelaksanaan penelitian melalui tahapan sebagai berikut :
a. Menyerahkan surat izin untuk mengadakan penelitian
b. Menetapkan sampel penelitian
c. Menyebarkan kuesioner
d. Mengumpulkan kuesioner yang telah disebarkan
e. Memproses dan menganalisis data kuesioner.

3. Langkah-pengolahan data
Setelah data terkumpul selanjutnya dilakukan pengolahan dan analisa data. Hasil pengolahan dan analisa data dirumuskan dalam kesimpulan penelitian.

F. Analisa Data
Teknik analisis data yang penulis ajukan adalah frekuensi dengan analisis univariat, dengan melihat variabel yang bersifat kualitatif. Setelah data yang diperlukan terkumpul maka dilakukan pengolahaan data dengan tahapan sebagai berikut :
1. Editing
Pada tahap ini, penulis melakukan penilaian terhadap data yang diperoleh kemudian diteliti apakah terdapat kekeliruan atau tidak dalam pengisiannya.


2. Coding
Setelah dilakukan editing, selanjutnya penulis memberikan kode tettentu pada tiap-tia~ data sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data
3. Tabulating
Pada tahap ini jawaban jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung dan dijumlahkan kemudian ditbliskan dalam bentuk tabel.
4. Analiting
Pengblahan dan analisis data pada variabel pengetahuan dilakukan secara manual dengan menggunakan rumus sebagai berikut:
P = x 100%

Keterangan
P = Persentase
a = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar
B = Jumlah pertanyaan (Arikunto, 1998)

Sedangkan penentuan kategori penelitian menurut Arikunto (1998) dinilai dengan cara sebagai berikut :
a. Kategori baik, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah 76¬100%
b. Kategori cukup, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah 56-75%.
c. Kategori kurang baik, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah 40-55%.
d. Kategori tidak baik, jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden adalah kurang dari 40%.

























BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN


A. Gambaran Umum SMA Negeri 2 Metro
1. Sejarah Singkat SMA Negeri 2 Metro
SMA Negeri 2 Metro berdiri pada tahun 1991 dan di kepalai oleh Drs.Kamiludin. SMA 1Vegeri 2 Metro berdiri diatas luas taritth 20000 m2, yang terletak di jalan Sriwijaya. Mulyosari 16a Metro Barat.
Mulai berdiri hingga saat ini SMA Negeri 2 Metro mehgalami beberapa kali penggantian kepala sekolah, sebagai berikut :
a. Pada saat berdiri tahun 1991 - 2002 : Drs. Kamiludin
b. Tahun 2002 - 2004 : Drs. Murni Siregar
c. Tahun 2005 sampai sekarang : Hartanto, S.Pd

2. Lokasi SMA Negeri 2 Metro
SMA Negeri 2 Metro terletak di jalan Sriwijaya Mttlyosari 16A Metro Barat.

3. Sarana dan Prasarana
a. Tenaga Pelaksana
Tenaga Pelaksana di SMA Negeri 2 Metro terdiri dari 48 orang, yaitu:
1) 1 orang kepala sekolah
2) 1 orang wakil kepala sekolah urusan kesiswaan
3) 1 orang wakil kepala sekolah urusan kurikulum
4) 1 orang koordinator TU 5) 37 orang guru
5) 7 orang pelaksana TU
b. Jumlah siswal
Jumlah siswd yang mengikuti proses pembelajaran di SMA Negeri 2 Metro sebariyak siswa, yaitu :
1) Kelas I jumlah siswa laki-laki 116 orang dan 97 drang siswl perempuan
2) Kelas II jumlah siswa laki-laki 110 orang darl 99 orang siswi perempuan
3) Kelas III jumlah siswa laki-laki 98 orang dati 0 orang siswi perempuan
c. Sarana Belajar
Sarana yang mendukung proses belajar mengajar di SMA Negeri 2 Metro adalah :
1) Lokal belajar (ruang kelas) yang terdiri 14 lokal
2) Perpustakaan
3) Ruang TU
4) Ruang kepala sekolah
5) Ruang guru
6) Ruang BP/BK
7) Ruang UKS
8) Ruang OSIS
9) Laboratorium IPA
10) Mushola
11) Ruang komputer 1
12) 2) WC guru
13) WC Siswa

d. Jumlah buku di Perpustakaan
Jumlah buku yang ada di perpustakaan yang dapat digunakan untuk membantu proses belajar mengajar, adalah :
1) Jumlah buku sastra ada 45 buah
2) Jumlah buku referensi ada 28 buah
3) Jumlah buku ensiklopedi ada 5 buah
4) Jumlah buku pegangan umum ada 112 buah
5) Jumlah buku agama ada 40 buah

B. Hasil Penelitian
Hasil penelitian mengenai pengetahuan siswa kelas II SMA Negeri 2 Metro mengenai bahaya rokok diperoleh melalui kuesioner yang terdapat 30 pertanyaan mengenai pengetahuan siswa mengenai bahaya rokok yang diberikan kepada 52 responden di SMA Negeri 2 Metro.
Penelitian ini terdiri dari 3 sub variabel yang meliputi pengertian rokok, kandungan zat-zat yang berbahaya dalam rokok dan bahaya rokok terhadap kesehatan
Berikut ini akan disajikan hasil penelitian tersebut berdasarkan sub variabel dalam bentuk tabel.
a. Pengertian Rokok
Tabel 3. Distribusi Pengetahuan Responden Menurut Item Pertanyaan Mengenai Pengertian Rokok

No Pertanyaan Jawaban
B % S %
1 Rokok adalah suatu zat adiktif yang dapat menimbulkan rasa ketagihan 35 61,5 17 38,5
2 Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok 30 57,6 22 42,4
3 Bila anda merokok asap rokok yang anda hembuskan
itu merupakan polusi udara bagi orang yang ada
disekitar anda 49 94 3 6
4 Bila seseorang yang ada didekatmu bukan seorang
perokok tetapi dia ikut menghisap asap rokok yang
kamu hembuskan disebut dengan perokok pasif. 40 77 12 23
5 Bahan-bahan yang terdapat di dalam rokok seperti tar, nikotin, dan lain-lain tidak berbahaya bagi kesehatan 36 69 16 21
6 Salah satu kandungan rokok yaitu karbon monoksida dapat mengikat diri dengan sel darah merah dan
mengakibatkan penyem itan embuluh darah. 30 58 22 42
7 Nikotin dalam rokok tidak menyebabkan ketagihan
pada si perokok 37 71 15 29
8 Rokok banyak mengandung bahan-bahan yang
berbahaya bagi kesehatan 50 96 2 4
9 Bila anda merokok, asap rokok yang anda hembuskan
tidak mencemari udara orang-orang yang ada di
sekitar anda 48 92 4 8
10 Nikotin dalam rokok berbahaya untuk kesehatan dan
dapat menyebabkan rasa ketagihan 47 90 5 10
Jumlah 402 77,3 118 22,7


Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa pengetahuan siswa mengenai pengertian rokok di SMA Negeri 2 Metro siswa yang dapat menjawab benar ada 77,3% dan yang menjawab salah ada 22,7%. Termasuk dalam kategori baik dengan kemampuan menjawab pertanyaan 77,3% yang diperoleh dengan cara jumlah jawaban benar (402) dibagi dengan jumlah seluruh soal (520) di kali dengan 100%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini :












Gambar 2. Diagram Kategori Distribusi Pengetqhuan Respotiden Menurut Item Pertanyaan Mengenai Pengertian Rokok

b. Kandungan zat-zat yang berbahaya dalam rokok
Tabe l4. Distribusi Pengetahuan Responden Menurut Item Pertanyaan Mengenai Kandungan Zat-Zat Yang Berbahaya Dalam Rokok

No Pertanyaan Jawaban
B % S %
11 Penyakit yang timbul dari akibat merokok salah satunya kanker paru. 48 92 4 8
12 Merokok tidak begitu berbahaya bagi kesehatan 45 86 7 14
13 Rokok dapat menyebabkan penyakit jantung dan
kanker paru 40 77 12 23
14 Tidak ada hubungan yang berarti antara merokok
dengan kesehatan si perokok. 38 73 14 27
15 Rokok tidak mengandung racun yang tidak
membahayakan tubuh 35 67 17 23
16 Biaya yang dikeluarkan untuk merokok lebih besar
di banding yang tidak merokok 40 77 12 21
17 Rokok dapat mempengaruhi penyempitan pembuluh darah yang dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah. 36 69 16 21
18 Tidak ada enyakit yang disebabkan oleh rokok 44 85 8 15
19 Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok,
tidak mengganggu beban ekonomi seorang perokok 43 83 9 17
20 Beban ekonomi antara seorang perokok dengan
seorang yang tidak merokok tidak ada bedanya. 45 86 7 14
Jumlah 414 79,6 106 20,4

Berdasarkan data di atas didapatkan bahwa pengetahuan siswa mengenai kandungan zat-zat yang berbahaya dalam rokok di SMA Negeri 2 Metro siswa yang dapat menjawab benar ada 79,6% dan yang menjawab salah ada 20,4%. Termasuk dalam kategori baik dengan kemampuan menjawab pertanyaan 79,6% yang diperoleh dengan cara jumlah jawaban benar (414) di bagi dengan jumlah seluruh soal (520) di kali dengan 100%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini :




Gambar 3. Diagram Kategori Distribusi Pengetahuan Responden Menurut Item Pertanyaan Mengenai Kandungan Zat-zat yang berbahaya dalam Rokok

c. Bahaya rokok terhadap kesehatan
Tabe15. Distribusi Pengetahuan Responden Menurut Item Pertanyaan Mengenai Bahaya Rokok terhadap Kesehatan

No Pertanyaan Jawaban
B % S %
21 Bahaya rokok terhadap kesehatan salah satunya adalah
pengaruh rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut. 36 69 I 16 21
22 Tidak ada keuntungan bagi yang tidak merokok 35 67 17 23
23 Kebiasaan merokok tidak dapat dihentikan 25 48 27 42
24 Rokok dapat menimbulkan karang gigi yang tidak bisa
dibersihkan 34 65 18 35
25 Merokok dapat menyebabkan impotensi (lemah syahwat), menurunnya kekebalan individu dan kanker 48 92 4 8
26 Penyumbatan pembuluh darah ke otak yang bersifat
mendadak atau stroke pada seorang perokok tidak ada kaitannya dengan rokok 30 58 22 42
27 Seorang yang tidak merokok, kecil kemungkinan terkena kanker paru- paru di bandingkan dengan yang merokok 29 56 23 44
28 Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhenti
merokok 33 63 19 37
29 Rokok tidak berpengaruh terha.dap kesehatan gigi dan
mulut 32 61 20 29
30 Antara seorang perokok dengan seorang yang tidak
merokok sama kemungkinannya untuk terkena kanker
paru-paru. 21 40 31 60
Jumlah 323 62,1 197 37,9
Berdasarkan data di atas diperoleh bahwa pengetahuan siswa mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan di SMA Negeri 2 Metro siswa yang menjawab benar ada 62,1% dan yang menjawab salah ada 37,9%. Termasuk dalam kategori cukup, dengan kemampuan menjawab pertanyaan 62,1% yang diperoleh dengan cara, jumlah jawaban benar (323) dibagi dengan jumlah seluruh soal (520) di kali dengan 100%.

Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini :











Gambar 4. Diagram Kategori Distribusi Pengetahuan Responden Menurut Item Pertanyaan Mengenai Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan






Tabel 6. Distribusi Pengetahuan Menurut Item Pertanyaan Tentang Bahaya Rokok di SM Negeri 2 Metro

No Pertanyaan Jawaban
B % S %
1 Rokok adalah suatu zat adiktif yang dapat menimbulkan rasa ketagihan 35 61,5 17 38,5
2 Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok 30 57,6 22 42,4
3 Bila anda merokok asap rokok yang anda hembuskan
itu merupakan polusi udara bagi orang yang ada
disekitar anda 49 94 3 6
4 Bila seseorang yang ada didekatmu bukan seorang
perokok tetapi dia ikut menghisap asap rokok yang
kamu hembuskan disebut dengan perokok pasif. 40 77 12 23
5 Bahan-bahan yang terdapat di dalam rokok seperti tar, nikotin, dan lain-lain tidak berbahaya bagi kesehatan 36 69 16 21
6 Salah satu kandungan rokok yaitu karbon monoksida dapat mengikat diri dengan sel darah merah dan
mengakibatkan penyem itan embuluh darah. 30 58 22 42
7 Nikotin dalam rokok tidak menyebabkan ketagihan
pada si perokok 37 71 15 29
8 Rokok banyak mengandung bahan-bahan yang
berbahaya bagi kesehatan 50 96 2 4
9 Bila anda merokok, asap rokok yang anda hembuskan
tidak mencemari udara orang-orang yang ada di
sekitar anda 48 92 4 8
10 Nikotin dalam rokok berbahaya untuk kesehatan dan
dapat menyebabkan rasa ketagihan 47 90 5 10
11 Penyakit yang timbul dari akibat merokok salah satunya kanker paru. 48 92 4 8
12 Merokok tidak begitu berbahaya bagi kesehatan 45 86 7 14
13 Rokok dapat menyebabkan penyakit jantung dan
kanker paru 40 77 12 23
14 Tidak ada hubungan yang berarti antara merokok
dengan kesehatan si perokok. 38 73 14 27
15 Rokok tidak mengandung racun yang tidak
membahayakan tubuh 35 67 17 23
16 Biaya yang dikeluarkan untuk merokok lebih besar
di banding yang tidak merokok
40 77 12 21
17 Rokok dapat mempengaruhi penyempitan pembuluh darah yang dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah. 36 69 16 21
18 Tidak ada enyakit yang disebabkan oleh rokok 44 85 8 15
19 Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok,
tidak mengganggu beban ekonomi seorang perokok 43 83 9 17
20 Beban ekonomi antara seorang perokok dengan
seorang yang tidak merokok tidak ada bedanya. 45 86 7 14
21 Bahaya rokok terhadap kesehatan salah satunya adalah
pengaruh rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut. 36 69 I 16 21
22 Tidak ada keuntungan bagi yang tidak merokok 35 67 17 23
23 Kebiasaan merokok tidak dapat dihentikan 25 48 27 42
24 Rokok dapat menimbulkan karang gigi yang tidak bisa
dibersihkan 34 65 18 35
25 Merokok dapat menyebabkan impotensi (lemah syahwat), menurunnya kekebalan individu dan kanker 48 92 4 8
26 Penyumbatan pembuluh darah ke otak yang bersifat
mendadak atau stroke pada seorang perokok tidak ada kaitannya dengan rokok 30 58 22 42
27 Seorang yang tidak merokok, kecil kemungkinan terkena kanker paru- paru di bandingkan dengan yang merokok 29 56 23 44
28 Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhenti
merokok 33 63 19 37
29 Rokok tidak berpengaruh terha.dap kesehatan gigi dan
mulut 32 61 20 29
30 Antara seorang perokok dengan seorang yang tidak
merokok sama kemungkinannya untuk terkena kanker
paru-paru. 21 40 31 60
Jumlah 1139 73 421 27


Secara keseluruhan rata-rata pengetahuan siswa SMA Negeri 2 Metro mengenai bahaya rokok termasuk dalam kategoi cukup dengan kemampuan menjawab pertanyaan 73% yang diperoleh dengan cara menjumlahkan jawaban yang benar (1139) dibagi dengan jumlah seluruh soal (1560) dikalikan dengan 100%.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada diagram di bawah ini:










Gambar 5. Diagram Kategori Distribusi Pengetahuan Responden Mengenai Bahaya Rokok Menurut Ketiga Item yang diamati (Pengertian Rokok, Bahaya Rokok Terhadap Kesehatan dan Kandungan Zat-zat yang Berbahaya dalam rokok)




C. Pembahasan
Setiap orang yang merokok akan sangat membahayakan kesehatan, baik bagi kesehatan dirinya sendiri maupun orang-orang dan lingkungan sekitarnya. Zat-zat yang terkandung dalam rokok membahayakan kesehatan. Zat-zat tersebut dapat menimbulkan berbagai penyakit seperti : jantung, kariker paru-paru, esopagus, laring, kelainan rongga mulut, impotensi, bagi ibu hamil akan membahayakan janirtilya, dan menjadi pencetus mtidahnya terkena AIDS.
Oleh sebab itu setiap orang harus mempunyai pengetahuan tentang bahaya rokok. Dengan demikian akan dapat menghindari penggunaan rokok, bahkan bagi pengguna rokok akan dapat menghindari dan berhenti untuk merokok. Agar kita dapat menciptakari lingkungan yang bersih dan sehat.
Menurut Notoatmodjo (2003), "pengukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang menanyakan tentang ciri materi yang ingin diukur dari subjek penelitian atau responden." Pada per.elitian ini ditanyakan hal-hal tentang pengetahuan siswa mengenai bahaya rokok yang terdiri dari 3 sub variabel dan 30 pertanyaan.
Di bawah ini akan dibahas tentang hasil penelitian tersebut berdasarkan persub variabel :
1. Pengetahuan siswa mengenai pengertian rokok
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan siswa mengenai pengertian rokok termasuk dalam kategori baik dengan persentase pertanyaan yang dijawab benar yaitu 77,3%. Hal ini dimungkinkan karena sudah banyak informasi tentang rokok, sehingga dapat diasumsikan bahwa responden memperoleh pengetahuan mengenai pengertian rokok dari informasi yang disampaikan oleh media massa misalnya dari televisi, koran, majalah, kebiasaan orang lain dan pengalaman. Ada pendapat yang menyatakan bahwa merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok, namun di lain pihak dapat menimbulkan dampalc buruk bagi si perokok itu senditi (Soetjiningsih dalam Subanda B, 2004). Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatinodjo (2002), pengalaman itu merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran pengetahuan. Pengalaman itu diperoleh baik dari pengalaman langsung maupun pengalaman orang lain.
Pernyataan lain Notoatmodjo (2003), "pengetahuan adalah merupqkan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatalh, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagitin besar pengetehuari manusia diperoleh melalui rriata dan telinga.
Berdasarkarl pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa pengetahuan siswa diperoleh dari infofmasi yang disampaikan oleh media massa seperti televisi, koi'An, majalah, atau bisa juga dari kebiasaan orang lain dan pengalaman sendiri. Sehingga dapat digunakan sebagai bekal yang baik bagi siswa untuk dapat merljaga dan memelihara kesehatan.


2. Pengetahuan siswa mengenai kandungan zat-zat yang berbahaya dalam rokok
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan siswa mengenai kandungan zat-zat yang berbahaya dalam rokok termasuk dalam kategori baik dengan persentase pertanyaan yang dijawab benar yaitu 79,6 %. Hal ini dimungkinkan karena sudah banyak informasi mengenai kandungan dan zat-zat yang berbahaya dalam rokok yang disampaikan melalui media massa seperti televisi, koran, majalah dan tabloid. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), "pengetahuan adalah merupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Responden juga dapat memperoleh pengetahuan dari pengalaman seseorang, tetapi dimungkinkan mereka kurang menyadari bahwa sebenarnya rokok itu mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan baik diri sendiri maupun orang lain, sehingga siswa sudah berani mengkonsumsi rokok diusianya yang masih muda. Banyak zat yang berbahaya dari asap rokok, tetapi ada 3 (tiga) bahan pokok yang paling berbahaya adalah karbon monoksida, tar dan nikotin. Dimana karbon monoksida dapat menurunkan secara langsung persediaan oksigen untuk jaringan seluruh tubuh (www.kompas.com, 2003). Tar adalah substansi hidrokarbon yang bersifat lengket dan menempel pada paru-paru (www.republikonline.com, 2003). Nikotin adalah zat adiktif yang mempengaruhi saraf dan peredaran darah yang bersifat karsinogen (www.republikonline.com, 2003).
Berdasarkan pernyataan di atas dapat dikatakan bahwa kandungan dalam rokok sangat berbahaya bagi kesehatan. Sekarang sudah banyak media massa yang menginformasikan tentang kandungan rokok dan bahayanya. Sehingga siswa lebih mudah mendapatkan informasinya. Mereka juga dapat memperoleh pengetahuan dari pengalaman, baik pengalaman diri sendiri atau orang lain.

3. Pengetahuan siswa mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan
Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa pengetahuan siswa mengenai bahaya rokok terhadap kesehatan termasuk dalam kategori cukup dengan persentase pertanyaan yang dijawab benar yaitu 62,2%. Hal ini disebabkn karena informasi tentang bahaya rokok terhadap kesehatan sudah sangat banyak. Tetapi dimungkinkan para siswa kurang memahami betapa rokok sangat berbahaya dan merugikan kesehatan, sehingga sudah banyak yang mengkonsumsi rokok diusia muda. Sebenarnya bahaya rokok sangat banyak seperti kanker paru, bronkhitis, penyakti jantung dan pembuluh darah. Rokok merupakan faktor resiko pertama dan tertinggi bagi serangan jsntung, selain itu juga rokok dapat tnenimbulkan kelainan-kelainan pada rongga mulut misalnya, pada lidah, gusi, mukosa mulut, gigi dan langit-langit. (www.depkes.ri.com, 2004).
Informasi tentang bahaya rokok sudah banyak disampaikan oleh media massa misalnya televisi, koran, majalah dan tabloid. Hal ini sesuai dengan pernyataan Notoatmodjo (2003), "pengetahuan adalah metupakan hasil tahu dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap suatu objek tertentu.
Pengindraan terjadi melalui panca indra manusia yakni indra penglihatan, pendengaran, penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahun manusia diperoleh melalui mata dan telinga.
Secara keseluruhan hasil penelitian mengenai bahaya rokok menunjukan bahwa rata-rata pengetahuan siswa kelas II SMA Negeri 2 Metro termasuk dalam kategori Cukup, yaitu 73% dan 27% siswa termasuk dalam kategori kurang sekali. Hal ini merupakan bekal yang baik bagi mereka untuk menjaga kesehatan diri mereka sendiri dan juga lingkungan sekitar mereka dengan tidak merokok. Karena bahaya rokok terhadap kesehatan sangat banyak dan fatal akibatnya, sehingga dengan tidak merokok dapat menjauhkan diri dari penyakit yang disebabkan oleh rokok dan dapat menciptakan suasana lingkungan yang bersih serta bermanfaat untuk peningkatan kualitas hidup pada usia yang akan datang. Sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2003), "bahwa prilaku yang didasari dengan pengetahuan, kesadaran dan sikap yang positif akan lebih langgeng dari pada prilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.










BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN



A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis tentang pengetahuan siswa kelas II SMA Negeri 2 Metro mengenai bahaya rokok dapat penulis simpulkan bahwa :
1. Pengetahuan siswa mengenai pengertian rokok termasuk dalam kategori baik yaitu 77,3%
2. Pengetahuan siswa mengenai kandungan zat-zat yang berbahaya dalam rokok termasuk dalam kategori baik yaitu 79,6%.
3. Pengetahuan siswa mengenai bahaya rokok, terhadap kesehatan termasuk dalam kategori cukup yaitu 62,2%.
4. Berdasarkan data di atas penulis dapat mengambil kesimpulan bahwa secara keseluruhan rata-rata pengetahuan siswa kelas II mengenai bahaya rokok termasuk dalam kategori Cukup (73%), sehingga hal ini merupakan bekal yang baik bagi mereka dalam memelihara kesehatan, baik kesehatan individu, orang lain dan lingkungan sekitarnya.



B. Saran
Adapun saran-saran dalam hal ini :
1. Bagi Institusi Program Studi Kebidanan Wira Buana Metro
Diharapkan dapat memperbanyak literatur (sumber bacaan) di perpustakaan terutama yang berhubungan dengan bahaya rokok.
2. Bagi siswa
Diharapkan agar siswa bisa menyaring dan memilah-milah informasi yang didapatkan dalam bentuk apapun yang memang pantas untuk diikuti serta diharapkan lebih bisa memikirkan akibat lanjut yang akan terjadi bila merokok di usia dini. Juga agar siswa mau menjaga kesehatan dirinya sendiri dan lingkungan sekitarnya dengan tidak merokok.
3. Bagi institusi SMA Negeri 2 Metro
Diharapkan agar institusi SMA Negeri 2 Metro dapat mengadakan penyuluhan kepada para siswa atau dapat juga mengadakan extrakulikuler yang membahas tentang bahaya rokok. Agar siswa dapat menambah pengetahuannya tentang bahaya rokok dan dapat menghindari rokok.

DAFTAR PUSTAKA

Aids Warta Tim, 2001. Pedoman Mengurangi Dampak Buruk Narkoba di Asia, 22 Maret 2006. www.google.tim.warta aids.com.

Arikunto S., 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Bina Aksara, Jakarta.

Departemen Kesehatan RL, 1992. Pedoman Pelatihan Generasi Muda Dalam Pembangunan Kesehatan, Jakarta.

Departemen Agama RL, 2002. Alquran dan Terjemahan, PT. AL-MA'ARIF, Bandung.

Hawari D., 2001. Narkotika, Psikotropika dan Zat Adiktif, Jakarta.

Majalah Bina Pendidikan Tenaga Kesehatan, Edisi 42, 2001. Pendidikan Kesehatan Kini dan Masa Depan, Pusat Pendidikan Kesehatan, Jakarta.

Mulyawati Yeni, Drg. 2004. Pengaruh Rokok, 22 Maret 2006, www.google. depkes.ri.com.

Notoatmodjo S., 2002. Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

_____________, 2003. Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta. ,

_____________, 2003. Pendidikan dan Ilmu Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Soetjiningsih, 2004. Tumbuh Kembang Remaja dan Permasalahannya, Jakarta.

Sugiyono, 2002. Statistika Untuk Penelitian, CV. Alfabeta, Bandung.

Suharjo, 2003. Republika, 22 Maret 2006, www.google.republikonline.com.

Tandra Hans, 2003, Rokok dan Kesehatan, 19 April, www. google.kompas. com.

Sugeng D.Triswanto,2007,Stop Smoking


KUESIONER
PENGETAHUAN SISWA KELAS II SMA N 2 METRO
MENGENAI BAHAYA ROKOK
TAHUN 2008

I. IDENTITAS RESPONDEN
Nama :
Umur :
Alamat :
II. PETUNJUK PENGISIAN
Jawablah pertanyaan yang ada dalam kuesioner ini dengan cara memberikan tanda silang (4) pada jawaban yang Anda pilih!
No Pertanyaan Jawaban
B % S %
1 Rokok adalah suatu zat adiktif yang dapat menimbulkan rasa ketagihan
2 Merokok merupakan sebuah kebiasaan yang dapat memberikan kenikmatan bagi si perokok
3 Bila anda merokok asap rokok yang anda hembuskan
itu merupakan polusi udara bagi orang yang ada
disekitar anda
4 Bila seseorang yang ada didekatmu bukan seorang
perokok tetapi dia ikut menghisap asap rokok yang
kamu hembuskan disebut dengan perokok pasif.
5 Bahan-bahan yang terdapat di dalam rokok seperti tar, nikotin, dan lain-lain tidak berbahaya bagi kesehatan
6 Salah satu kandungan rokok yaitu karbon monoksida dapat mengikat diri dengan sel darah merah dan
mengakibatkan penyem itan embuluh darah.
7 Nikotin dalam rokok tidak menyebabkan ketagihan
pada si perokok
8 Rokok banyak mengandung bahan-bahan yang
berbahaya bagi kesehatan
9 Bila anda merokok, asap rokok yang anda hembuskan
tidak mencemari udara orang-orang yang ada di
sekitar anda
10 Nikotin dalam rokok berbahaya untuk kesehatan dan
dapat menyebabkan rasa ketagihan
11 Penyakit yang timbul dari akibat merokok salah satunya kanker paru.
12 Merokok tidak begitu berbahaya bagi kesehatan
13 Rokok dapat menyebabkan penyakit jantung dan
kanker paru
14 Tidak ada hubungan yang berarti antara merokok
dengan kesehatan si perokok.
15 Rokok tidak mengandung racun yang tidak
membahayakan tubuh
16 Biaya yang dikeluarkan untuk merokok lebih besar
di banding yang tidak merokok
17 Rokok dapat mempengaruhi penyempitan pembuluh darah yang dapat menyebabkan gangguan sirkulasi darah.
18 Tidak ada enyakit yang disebabkan oleh rokok
19 Penyakit-penyakit yang timbul akibat merokok,
tidak mengganggu beban ekonomi seorang perokok
20 Beban ekonomi antara seorang perokok dengan
seorang yang tidak merokok tidak ada bedanya.
21 Bahaya rokok terhadap kesehatan salah satunya adalah
pengaruh rokok terhadap kesehatan gigi dan mulut.
22 Tidak ada keuntungan bagi yang tidak merokok
23 Kebiasaan merokok tidak dapat dihentikan
24 Rokok dapat menimbulkan karang gigi yang tidak bisa
dibersihkan
25 Merokok dapat menyebabkan impotensi (lemah syahwat), menurunnya kekebalan individu dan kanker
26 Penyumbatan pembuluh darah ke otak yang bersifat
mendadak atau stroke pada seorang perokok tidak ada kaitannya dengan rokok
27 Seorang yang tidak merokok, kecil kemungkinan terkena kanker paru- paru di bandingkan dengan yang merokok
28 Banyak cara yang dapat digunakan untuk berhenti
merokok
29 Rokok tidak berpengaruh terha.dap kesehatan gigi dan
mulut
30 Antara seorang perokok dengan seorang yang tidak
merokok sama kemungkinannya untuk terkena kanker
paru-paru.
KUNCI JAWABAN

1. B
2. B
3. B
4. B
5. S
6. B
7. S
8. B
9. S10. B 11. B
12. S
13. B
14. S
15. S
16. B
17. B
18. S19. S20. S 21. B
22. S
23. S
24. B
25. B
26. S
27. B
28. B29. S30. S

ASHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA


LAPORAN PENDAHULUAN
ASHAN KEPERAWATAN ANAK DENGAN ANEMIA


A. PENGERTIAN
Anemia adalah suatu keadaan dimana kadar Hb dan atau hitung eritrosit lebih rendah dari normal. Anemia adalah berkurangnya jumlah eritrosit serta jumlah Hb dalam 1mm3 darah atau berkurangnya volume sel yang didapatkan (packed red cells volume) dalam 100 ml darah.

B. PENYEBAB ANEMIA
Anemia dapat dibedakan menurut mekanisme kelainan pembentukan, kerusakan atau kehilangan sel-sel darah merah serta penyebabnya. Penyebab anemia antara lain sebagai berikut:
1. Anemia pasca perdarahan : akibat perdarahan massif seperti kecelakaan, operasi dan persalinan dengan perdarahan atau perdarahan menahun:cacingan.
2. Anemia defisiensi: kekurangan bahan baku pembuat sel darah. Bisa karena intake kurang, absorbsi kurang, sintesis kurang, keperluan yang bertambah.
3. Anemia hemolitik: terjadi penghancuran eritrosit yang berlebihan. Karena faktor intrasel: talasemia, hemoglobinopatie,dll. Sedang factor ekstrasel: intoksikasi, infeksi –malaria, reaksi hemolitik transfusi darah.
4. Anemia aplastik disebabkan terhentinya pembuatan sel darah oleh sumsum tulang (kerusakan sumsum tulang).







C. TANDA DAN GEJALA
1. Tanda-tanda umum anemia:
a. pucat,
b. tacicardi,
c. bising sistolik anorganik,
d. bising karotis,
e. pembesaran jantung.
2. Manifestasi khusus pada anemia:
a. Anemia aplastik: ptekie, ekimosis, epistaksis, ulserasi oral, infeksi bakteri, demam, anemis, pucat, lelah, takikardi.
b. Anemia defisiensi: konjungtiva pucat (Hb 6-10 gr/dl), telapak tangan pucat (Hb < 8 gr/dl), iritabilitas, anoreksia, takikardi, murmur sistolik, letargi, tidur meningkat, kehilangan minat bermain atau aktivitas bermain. Anak tampak lemas, sering berdebar-debar, lekas lelah, pucat, sakit kepala, anak tak tampak sakit, tampak pucat pada mukosa bibir, farink,telapak tangan dan dasar kuku. Jantung agak membesar dan terdengar bising sistolik yang fungsional.
c. Anemia aplastik : ikterus, hepatosplenomegali.

D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Kadar Hb.
Kadar Hb <10g/dl. Konsentrasi hemoglobin eritrosit rata-rata < 32% (normal: 32-37%), leukosit dan trombosit normal, serum iron merendah, iron binding capacity meningkat.
2. Kelainan laborat sederhana untuk masing-masing tipe anemia :
a. Anemia defisiensi asam folat : makro/megalositosis
b. Anemia hemolitik : retikulosit meninggi, bilirubin indirek dan total naik, urobilinuria.
c. Anemia aplastik : trombositopeni, granulositopeni, pansitopenia, sel patologik darah tepi ditemukan pada anemia aplastik karena keganasan.
E. PATHWAYS










































F. PENATALAKSANAAN
a. Anemia pasca perdarahan: transfusi darah. Pilihan kedua: plasma ekspander atau plasma substitute. Pada keadaan darurat bisa diberikan infus IV apa saja.
b. Anemia defisiensi: makanan adekuat, diberikan SF 3x10mg/kg BB/hari. Transfusi darah hanya diberikan pada Hb <5 gr/dl.
c. Anemia aplastik: prednison dan testosteron, transfusi darah, pengobatan infeksi sekunder, makanan dan istirahat.

G. MASALAH KEPERAWATAN YANG SERING MUNCUL
1. Perubahan perfusi jaringan berhubungan dengan berkurangnya komparten seluler yang penting untuk menghantarkan oksigen / zat nutrisi ke sel.
2. Tidak toleransi terhadap aktivitas berhubungan dengan tidak seimbangnya kebutuhan pemakaian dan suplai oksigen.
3. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kurangnya selera makan.

H. TINDAKAN KEPERAWATAN
1. Perfusi jaringan adekuat
- Memonitor tanda tanda vital, pengisian kapiler, wama kulit, membran mukosa.
- Meninggikan posisi kepala di tempat tidur
- Memeriksa dan mendokumentasikan adanya rasa nyeri.
- Observasi adanya keterlambatan respon verbal, kebingungan, atau gelisah
- Mengobservasi dan mendokumentasikan adanya rasa dingin.
- Mempertahankan suhu lingkungan agar tetap hangat sesuai kebu¬tuhan tubuh.
- Memberikan oksigen sesuai kebutuhan.
2. Mendukung anak tetap toleran terhadap aktivitas
- Menilai kemampuan anak dalam melakukan aktivitas sesuai dengan kondisi fisik dan tugas perkembangan anak.
- Memonitor tanda tanda vital selama dan setelah melakukan aktivitas, dan mencatat adanya respon fisiologis terhadap aktivitas (peningkatan denyut jantung peningkatan tekanan darah, atau nafas cepat).
- Memberikan informasi kepada pasien atau keluarga untuk berhenti melakukan aktivitas jika teladi gejala gejala peningkatan denyut jantung, peningkatan tekanan darah, nafas cepat, pusing atau kelelahan).
- Berikan dukungan kepada anak untuk melakukan kegiatan sehari¬ hari sesuai dengan kemampuan anak.
- Mengajarkan kepada orang tua teknik memberikan reinforcement terhadap partisipasi anak di rumah.
- Membuat jadual aktivitas bersama anak dan keluarga dengan melibatkan tim kesehatan lain.
- Menjelaskan dan memberikan rekomendasi kepada sekolah tentang kemampuan anak dalam melakukan aktivitas, memonitor kemam¬puan melakukan aktivitas secara berkala dan menjelaskan kepada orang tua dan sekolah.
3. Memenuhi kebutuhan nutrisi yang adekuat
- Mengijinkan anak untuk memakan makanan yang dapat ditoleransi anak, rencanakan untuk memperbaiki kualitas gizi pada saat selera makan anak meningkat.
- Berikan makanan yang disertai dengan suplemen nutrisi untuk meningkatkan kualitas intake nutrisi.
- Mengijinkan anak untuk terlibat dalam persiapan dan pemilihan makanan
- Mengevaluasi berat badan anak setiap hari.

DAFTAR PUSTAKA

1. Betz, Sowden. (2002). Buku Saku Keperawatan Pediatrik. Edisi 2. Jakarta, EGC.
2. Suriadi, Yuliani R. (2001). Asuhan Keperawatan pada Anak. Edisi I. Jakarta, CV Sagung Seto.
3. Tucker SM. (1997). Standar Perawatan Pasien. Edisi V. Jakarta, EGC.
4. Smeltzer, Bare. (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth. Edisi 8. Jakarta, EGC.
5. FKUI. (1985). Ilmu Kesehatan Anak. Volume 1. Jakarta, FKUI.
6. Harlatt, Petit. (1997). Kapita Selekta Hematologi. Edisi 2. Jakarta, EGC.
7. ACS. (2003). What is Anemia ?. Available (online) http: // www // yahoo / nurse / leucemia / htm.

perkembangan perawat sebagai profesi


BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi domain yaitu; Keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan, dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan sistem pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada supra sistem dan pranata lain yang terkait.
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju. Tapi yang namanya perubahan bukanlah perkara mudah. Bagaimanakah kesiapan pihak lain menerima perubahan ini, atau bahkan bagaimana kesiapan perawat itu sendiri yang berperan sebagai pemeran utama dalam perubahan ini?
Kualitas SDM tenaga keperawatan akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan formal perawat. Di indonesia, sebagian besar perawat memiliki pendidikan terakhir adalah SPK yang setara dengan SMA. Ironis jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan perawat di negara maju yang minimal sarjana. Oleh karenanya, yang mendesak untuk dilakukan adalah meng-up grade latar pendidikan, juga untuk memperkecil perbedaan dengan mitra kerja perawat yaitu dokter.
Jika dianalisa lebih mendalam, ada empat tantangan utama yang sangat menentukan terjadinya perubahan dan perkembangan keperawatan di Indonesia, yang secara nyata dapat dirasakan khususnya dalam sistem pendidikan keperawatan, yaitu (1) terjadinya pergeseran pola masyarakat Indonesia; (2) Perkembangan IPTEK; (3) Globalisasi dalam pelayanan kesehatan; dan (4) Tuntutan tekanan profesi keperawatan.
Di luar dari usaha pemantapan kedudukan sebagai sebuah profesi, ada sebuah fenomena yang cukup mencengangkan. Saat ini jumlah perawat yang menganggur di Indonesia ternyata cukup besar. Hingga tahun 2005 mencapai 100 ribu orang. Ini disebabkan rendahnya pertumbuhan rumah sakit dan lemah berbahasa asing. Padahal setiap tahun, dari 770 sekolah perawat yang ada di Indonesia, lulusannya mencapai 25 ribu perawat. Ironisnya, data WHO 2005 menunjukkan bahwa dunia justru kekurangan 2 juta perawat, baik di AS, Eropa, Australia dan Timur Tengah.
Di sisi lain, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan kesehatan SDM Kesehatan (PPSDM Kesehatan) melaporkan bahwa jumlah terbesar Tenaga Kesehatan Profesional Indonesia (TKPI) yang telah bekerja di luar negeri mulai 1989 sampai dengan 2003 adalah perawat (97.48% dari total sebanyak 2494 orang)4). Hal ini menunjukkan pada kita ada beberapa hal yang harus ditanggulangi dalam profesi ini.
Kondisi keperawatan Indonesia memang masih jauh tertinggal dari negara-negara maju, bahkan dibandingkan negara-negara ASEAN sekalipun. Kurangnya penghargaan pemerintah terhadap perawat yang dibuktikan dengan pemberian gaji yang kecil padahal perawat memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang besar adalah salah satu contoh. Gaji kecil, yang bahkan tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup, seringkali membawa dampak pada profesionalisme kinerja perawat itu sendiri.
Tantangan internal profesi keperawatan adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga keperawatan sejalan dengan telah disepakatinya keperawatan sebagai suatu profesi pada lokakarya nasional keperawatan tahun 1983 sehingga keperawatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang bersifat profesional. Untuk menanamkan pondasi dalam-dalam sebagai salah satu profesi yang diakui masyarakat, perawat harus dapat menyuguhkan profesionalisme pelayanan keperawatan kepada masyarakat. Hal ini berbanding lurus dengan kualitas SDM tenaga keperawatan.
Menjadi perawat di luar negeri tidaklah mudah, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan-persyaratan tersebutpun bukan hal yang main-main, misalnya pengalaman kerja, kemampuan berbahasa asing atau telah mengantongi sertifikat lolos ujian NLEX (National Licence Examination).
Dengan keberhasilan perawat-perawat Indonesia tersebut berangkat ke luar negeri dan bekerja di sana, ini menunjukkan pada kita bahwa mereka adalah tenaga keperawatan yang mampu memenuhi syarat-syarat tersebut yang merupakan implikasi dari kualitas mereka. Secara tidak langsung menunjukkan bahwa tidak sedikit tenaga keperawatan Indonesia yang berkualitas baik dan diakui dunia internasional.
Di satu sisi kita dapat merasa tenang dan bangga, tapi di sisi lain kita justru harus merasakan kekhawatiran yang sangat. Karena perginya tenaga perawat Indonesia yang berkualitas ke luar negeri selain dapat berdampak positif juga dapat memberi dampak negatif. Dampak positifnya adalah sekembalinya mereka ke Indonesia, mereka dapat memberi wacana baru dan pencerahan bagi dunia keperawatan Indonesia lewat ilmu dan penglaman yang mereka dapat di luar. Namun hal ini juga berdampak negatif yaitu akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat Indonesia menerima pelayanan dari tenaga perawat yang tersisa di Indonesia, yang kualitasnya di bawah tenaga keperawatan yang bekerja di luar tersebut. Apalagi dengan fenomena kurang dihargainya perawat di Indonesia dan tingginya permintaan dari luar negeri akan memicu perawat-perawat berkualitas di Indonesia untuk mencari “penghidupan yang layak” di luar negeri.
Tantangan lain dari eksternal profesi keperawatan adalah kesiapan profesi lain menerima paradigma baru yang kita bawa. Perlu adanya kesediaan profesi kesehatan lain memberi kesempatan pada perawat untuk berkembang dan membuktikan diri. Tentu saja bukanlah proses yang mudah, karena tidak sedikit dokter yang memandang perawat, setinggi apapun pendidikannya tetaplah seorang pembantu dokter yang bertugas menjalankan perintah dokter, yang tidak punya inisiatif sampai perintah dokter diberikan.
Pada akhirnya untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Organisasi profesi dalam menentukan standarisasi kompetensi dan melakukan pembinaan, lembaga pendidikan dalam melahirkan perawat-perawat yang memiliki kualitas yang diharapkan serta pemerintah sebagai fasilitator dan memiliki peran-peran strategis lainnya dalam mewujudkan perubahan ini.















BAB II
ISI

A. Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan professional.Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut ketrampilan intelaktual.
Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan professional sebagai suatu karakter, spirit atau metode professional yang mencakup pendidikan dan kegiatan diberbagai kelompok okupasi yang angotanya berkeinginan menjadi professional. Professional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.

B. Perkembangan Profesi Keperawatan
Istilah keperawatan sendiri dari kata perawat. Konsep keperawatan sudah ada sejak awal adanya manusia yaitu dengan munculnya naluri untuk merawat diri sendiri atau yang lebih sering dikenal dengan Mother Instinc.
Sejak Zaman Purba
Pada masa ini, mereka percaya bahwa kekuatan mistis dapat mempengaruhi kehidupan manusia atau animisme, mereka beranggapan bahwa dengan adanya jiwa yang jahat maka akan menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan.
Peran perawat pada saat itu sebagai ibu yang merawat anggota keluarga yang sakit dengan memberikan perawatan fisik dan mengobati penyakit dengan dengan menghilangkan pengaruh jahat.
Setelah itu mulai bergeser ke kepercayaan pada para dewa, yaitu mereka beranggapan bahwa penyakit timbul diakibatkan karena kemarahan sang dewa dan cara menyembuhkannya dengan cara berdiam diri di kuil sebagai tempat pemujaan dengan dibantu prisest.Setelah itu maka berkembanglah rumah-rumah perawat, dan pada saat itu pula muncul istilah keperawatan.Zaman Keagamaan Perkembangan keperawatana mulai bergeser kea rah spiritual yaitu timbulnya rasa sakit disebabkan karena dosa atau kutukan Tuhan Pada masa ini pusat perawatan berada di tempat ibadah dengan pemimpin agama sebagai tabib yang mengobati pasien, sedangakan perawat sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama, sehingga perawat belum diakui eksistensinya.
Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani. Pada waktu itu banyak dibentuk diakones atau wanita-wanita yang mengunjungi orang sakit.
Didaratan timur tengah perkembangan keperawatan maju seiring perkembangan agama Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam diikuti pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa itu.
Dalam Alquran sendiri dituliskan betapa pentingnya menjaga kebersihan, makanan, lingkungan dan lain-lain.
Dengan berkembangnya keperawatan dalam Islam sehingga melahirkan tokoh Islam dalam keperawatan yakni Ibu Rufaidah.
Zaman Permulaan Abad 21
Pada masa ini, yang awalnya masyarakat percaya pada factor keagamaan, berubah ke kekuasaan akibat dari saling berlomba memperebutkan tahta dengan cara apapun. Akibatnya tempat ibadah tidak lagi digunakan dengan untuk perawatan orang sakit.
Zaman Perang Dunia
Florence Nightingale (1820-1910) menyadari akan pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat, ia mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu disipakan pendidikan bagi perawat, ketentuan jam perawat, dan mempertimbangkan pedapat dari para perawat.
Florence menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat dengan mendirikan sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat dan menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki perawat.Sejak saat inilah mulai berkembangnya keperawatan.
Masa Perang Dunia ke-2
Dalam masa peperangan banyak ditemukan berbagai bidang yang mengalami tekanan, termasuk di keperawatan. Timbulnya tekanan bagi dunia penegetahuan dalam penerapan teknologi akibat peperangan maka menyebabkan peningkatan diri dalam tindakan keperawatan.Pasca Perang Dunia ke-2Dalam masa pasca perang dunia ke-2, pawa perawat mulai bertindak. Diantaranya adanya tuntuan dari para perawat sehingga pada tahun 1948 di luar negeri perawat diakui sebagai profesi, sedangkan di Indonesia perawat diakui sebagai profesi pada tahun 1983.Periode Tahun 1950Pada sekitar tahun 50-an, perawat mulai berkembang khususnya dalam penataan system pendidikan. Di Amerika sudah dimulai system pendidikan perawat setingkat Master atau Doktoral. Selain itu penerapan proses keperawatan sudah mulai dikembangkan dengan memberi pengertian bahwa perawatan adalah suatu proses yang dimulai dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
C. Perkembangan Pendidikan Keperawatan
Secara singkat perkembangan pendidikan keperawatan adalah sebagai berikut:
Perkembangan di Negara Maju (Development Countries):
- 1860 : Sekolah Perawat yang pertama di London (oleh Florence n.)
- 1909 : Pendidikan Tinggi D-3/Diploma (FK.Uni. Of Minessota, USA)
- 1919 : Pendidikan S – 1/Bachelor (di bawah pengawasan FK).
- 1923 : Pendidikan S – 1 Keperawatan Mandiri (Yale University, USA)
- 1977 : 3830 orang Master di bidang keperawatan di USA.

Perkembangan di Indonesia :
- 1945 : Sesudah kemerdekaan : Sekolah Juru Kesehatan (lulusa SR/SD), selanjutnya ditingkatkan menjadi SPR/SPK (lulusan SMP).
- 1962 : Akademi Perawatan Pertama (Depkes RI)di Jakarta (lulusan SMA).
- 1985 : Program Studi Ilmu Keperawatan di buna FKUI (lulusan Akper/SMA).
- Nov.1995 : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (mandiri)

PendidikanTinggi Keperawatan: pendidikan akademi professional.
(Akademik bertanggung jawab dalam pengembangan ilmu keperawatan,
Profesional : menghasilkan perawat terampil dalam praktek berlandaskan ilmu/teori/ pengetahuankeperawatan.

Perkembangan Teori Keperawatan
Teori keperawatan dikemukakan pertama kali oleh Florence Nightingale pada pertengahan tahun 1860-an, selanjutnya dikemukakanoleh pemuka-pemuka teori keperawatan pada awal 1950-an. Mereka mengembangkan teori dan model keperawatan yang menegaskan bahwa keperawatan memerlukan pengetahuan yang berbeda dari pengetahuan kedokteran, dan oleh karena itu profesikeperawatan pun terpisah dan berbeda dari profesi kedokteran. Pada masa sekarang banyak perdebatan-perdebatan tentang teori-teori dalam keperawatan yang dikemukakan tersebut mempunyai beberapa kesamaan dan juga perbedaan dalam empat koponen esensial paradigma keperawatan, yaitu ;
- Person
- Environment
- Health
- Nursing.
Namun, tujuan akhir (ultimate goal) dari pengembangan teori yang dapat berupa model konsep / paradigma keperawatan yang akan memberi arahan kepada para ilmuwan keperawatan untuk menjadi semakin mendekati kebenaran (truth).
Evolusi perkembangan teori keperawatan dapat dilihat pada daftar berikut ;
- Philosohy : antara lain :
Florence N (1860),Hall (1960s), Abdellah (1960s-70s), Henderson (1960s, Orem (1950s-80s), Adam (1980s)
- Interpersonal Relationship: antara lain;
Peplau (1950s), Orlando (1960s), King (1970s – 80s).
- Energy field : antara lain;
Levine (1960s – 70s), Rogers (1970s-80s), Newman (1979s-80s).
- System : antara lain :
Newman (1970s – 80s), Roy (1970s-80s), Johnson (1980s)

D. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, di ilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).

E. Pohon Ilmu (Body of Knowledge)
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang apluikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler.

F. Cerminan Perawat Profesional
Cerminan nilai professional perawat dalam praktik keperawatan dikelompokkan dalam nilai intelektual dan nilai komitmen moral interpersonal, sebagai berikut :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
Perawat selalu mengupayakan keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.






















BAB III
TANTANGAN DALAM PROFESI KEPERAWATAN

Tantangan profesi keperawatan adalah profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan agarkeberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial.
Tantangan profesi perawat di Indonesia di abad 21 ini semakin meningkat. Seiring tuntutan menjadikan profesi perawat yang di hargai profesi lain. Profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini tidak hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi dominan yaitu; keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan system pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada supra system dan pranata lain yang terkait.
Untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Organisasi profesi dalam menentukan standarisasi kompetensi dan melakukan pembinaan, lembaga pendidikan dalam melahirkan perawat-perawat yang memiliki kualitas yang diharapkan serta pemerintah sebagai fasilitator dan memiliki peran-peran strategis lainnya dalam mewujudkan perubahan ini. Profesi memiliki beberapa karakteristik utama sebagai berikut;
1. Suatu profesi memerlukan pendidikan lanjut dari anggotanya, demikian juga landasan dasarnya.
2. Suatu profesi memiliki kerangka pengetahuan teoritis yang mengarah pada keterampilan, kemampuan, pada orma-norma tertentu.
3. Suatu profesi memberikan pelayanan tertentu.
4. Anggota dari suatu profesi memiliki otonomi untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan.
5. Profesi sebagai satu kesatuan memiliki kode etik untuk melakukan praktik keperawatan

Perawat mempunyai tantangan yang sangat banyak salah satunya yaitu menjalakan tanggung jawab dan tanggung gugat yang besar. Tantangan dalam profesi keperawatan salah satunya yaitu mempunyai tanggung jawab yang tinggi, tanggung jawab tersebut tidak hanya kepada kliennya saja tetapi tanggung jawab yang diutamakan yaitu tanggung jawab terhadap Tuhannya (Responsibility to God), tanggung jawab tehadap klien dan masyarakat (Responsibility to Client and Society), dan tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (Responsibility to Colleague and Supervisor).
Tanggung jawab secara umum, yaitu;
1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluargannya.
2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, prosedur atau obat-obatan tertentu dan melaporkan penolakan tersebut kepada dokter dan orang-orang yang tepat di tempat tersebut.
3. Menghargai setiap hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi.
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien dan memberi informasi yang biasanya diberikan oleh dokter.
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal-hal penting kepada orang yang tepat.

Dan tanggung gugat yang menjadi salah satu tantangan dalam profesi keperawatan didasarkan peraturan perundang-undangan yang ada. Tanggung gugat bertujua untuk : (1). Mengevaluasi praktisi-praktisi professional baru dan mengkaji ulang praktisi-praktisi yang sudaj ada, (2). Mempertahankan standart perawatan kesehatan, (3). Memberikan fasilitas refleksi professional, pemikiran etis dan pertumbuhan pribadi sebagai bagian dari professional perawatan kesehatan, (4). Memberi dasar untuk membuat keputusan etis.
Tanggung gugat pada setiap tahap proses keperawatan, meliputi:
1. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mempunyai tujuan mengumpulkan data.
Perawat bertanggung gugat untuk pengumpulan data atau informasi, mendorong partisipasi pasien dan penentuan keabsahan data yang dikumpulkan.
Pada saat mengkaji perawat bertanggung gugat untuk kesenjangan-kesenjangan dalam data yang bertentangan data yang tidak atau kurang tepat atau data yang meragukan.
2. Tahap Diagnosa Keperawatan
Diagnosa merupakan keputusan professional perawat menganalisa data dan merumuskan respon pasien terhadap masalah kesehatan baik actual atau potensial.
Perawat bertanggung gugat untuk keputusan yang dibuat tentang masalah-masalah kesehatan pasien seperti pernyataan diagnostic (masalah kesehatan yang timbul pada pasien apakan diakui oleh pasien atau hanya perawat)
Apakah perawat mempertimbangkan nilai-nilai, keyakinan dan kebiasaan atau kebudayaan pasien pada waktu menentukan masalah-masalah kesehatan
3. Tahap Perencanaan
Perencanaan merupakan pedoman perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, terdiri dari prioritas masalah, tujuan serta rencana kegiatan keperawatan.
Tanggung gugat yang tercakup pada tahap perencanaan meliputi: penentuan prioritas, penetapan tujuan dan perencanaan kegiatan-kegiatan keperawatan.
Langkah ini semua disatukan ke dalam rencana keperawatan tertulis yang tersedia bagi semua perawat yang terlibat dalam asuhan keperawatan pasien.
Pada tahap ini perawat juga bertanggung gugat untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas asuhan.
4. Tahap Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan dalam bentuk tindakan-tindakan keperawatan.
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam memberikan asuhan keperawatan.
Tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan secara langsung atau dengan bekerja sama dengan orang lain atau dapat pula didelegasikan kepada orang lain.
Kegiatan keperawatan harus dicatat setelah dilaksanakan, oleh sebab itu dibuat catatan tertulis.
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap penilaian terhadap hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan, termasuk juga menilai semua tahap proses keperawatan.
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan keperawatan.
Perawat harus dapat menjelaskan mengapa tujuan pasien tidak tercapai dan tahap mana dari proses keperawatan yang perlu dirubah dan mengapa hal itu terjadi.
Setiap tantangan yang meliputi tanggung jawab dan tanggung gugat mempunyai bagian masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa menghadapi tantangan yang sangat berat tersebut, diperlukan perawat dengan sikap yang selalu dilandasi oleh kaidah etik profesi. Upaya yang paling strategik untuk dapat menghasilkan perawat pofesional melalui pendidikan keperawatan profesional.

Adapun keperawatan sebagai suatu profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memberi pelayanan atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan ketrampilan serta kode etik keperawatan.
2. Telah lulus dari pendidikan pada Jenjang Perguruan Tinggi (JPT) sehingga diharapkan mampu untuk :
(a) Bersikap professional,
(b) Mempunyai pengetahuan dan ketrampilan professional
(c) Memberi pelayanan asuhan keperawatan professional, dan
(d) Menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan
3. Mengelola ruang lingkup keperawatan berikut sesuai dengan kaidah suatu profesi dalam bidang kesehatan, yaitu:
(a) Sistem pelayanan atau asuhan keperawatan
(b) Pendidikan atau pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berlanjut
(c) Perumusan standar keperawatan (asuhan keperawatan, pendidikan keperawatan registrasi atau legislasi), dan
(d) Melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan terarah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.











BAB IV
PENUTUP

Dari uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi keperawatan Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara maju, bahkan dibandingkan negara-negara ASEAN sekalipun. Kurangnya penghargaan pemerintah terhadap perawat yang dibuktikan dengan pemberian gaji yang kecil padahal perawat memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang besar adalah salah satu contoh. Gaji kecil, yang bahkan tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup, seringkali membawa dampak pada profesionalisme kinerja perawat itu sendiri.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).
Profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Salah satu dari tantangan tersebut menjalankan tanggung jawab dan tanggung gugat sebagai perawat. Untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Dapat disimpulkan bahwa menghadapi tantangan yang sangat berat, diperlukan perawat dengan sikap yang selalu dilandasi oleh kaidah etik profesi. Upaya yang paling strategik untuk dapat menghasilkan perawat pofesional melalui pendidikan keperawatan profesional.
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan antara lain :
1. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui penetapan kriteria dari berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah program pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
3. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sector swasta.
5. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri, bukan anya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah yang berpotensi untuk dikembangkan.











DAFTAR PUSTAKA

M. Muhammad, Siswanto. 2009. Trend dan Perkembangan Kebutuhan Pelayanan Keperawatan dalam Persaingan Global. Dalam Simposium Nasional Keperawatan Universitas Airlangga

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2007. Manajement Keperawatan. Konsep dan Praktik. Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Reformasi Keperawatan Indonesia. Website URL: http: //www.inna-ppni.or.id
Priharjo, Robert. 1995. Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar Dan Hukum. Jakarta: EGC

Menyiapkan Perawat yang Siap Berkompetisi di Era Pasar Global. Website URL: http: // io.ppi-jepang.org

Gaffar, 1999, Pengantar Keperawatan Profesional, EGC

Hidayat, AAA, 2004, Pengantar konsep dasar keperawatan, Penerbit Salemba Medika

Potter & Perry, 2005, Buku ajar fundamental: konsep, proses, Praktik, vol 1 edisi 4, alih bahasa asih yasmin, EGC, Jakarta

Stuart & sundeen, 1995, Konsep diri, EGC, Jakarta

Rabu, 28 April 2010

tingkat pengetahuan remaja putri tentang periksa payudara sendiri


BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang
Masa remaja merupakan suatu periode rentan kehidupan manusia yang sangat kritis karena merupakan tahap transisi dari masa kanak-kanak kemasa dewasa. Pada tahap ini sering kali remaja tidak menyadari bahwa suatu tahap perkembangan sudah dimulai, namun yang pasti setiap remaja akan mengalami suatu perubahan baik fisik, emosional maupun sosial (Dianawati, 2003: 25).
Pada masa remaja berlangsung proses-proses perubahan fisik maupun perubahan biologis yang dalam perkembangan selanjutnya berada dibawah kontrol hormon-hormon khusus. Pada wanita, hormon-hormon ini bertanggung jawab atas permulaan proses ovulasi dan menstruasi, juga pertumbuhan payudara. Pada masa ini sudah seharusnya para remaja putri mulai memperhatikan perubahan yang ada pada dirinya, juga halnya dengan payudara dan kesehatanya. Maka tidak aneh jika dikatakan bahwa kitalah orang pertama yang paling mungkin menemukan benjolan pada payudara kita, bagaimanapun juga, kitalah satu-satunya yang paling mengenal tubuh kita. Payudara merupakan estetika kaum wanita dan daya tarik seksual yang utama sejak dahulu kala didalam bermacam-macam masyarakat, payudara wanita merupakan fokus obyek seni. Tetapi dijaman dan kebudayaan beberapa tahun belakangan ini ada sambutan hangat terhadap pemberian ASI dengan segala keuntunganya bagi ibu maupun bayinya. Dengan seluruh aktifitas didalam payudara sehubungan dengan perkembangan dalam kehidupan seorang wanita dan juga perubahan siklus yang biasa disebabkan oleh periode menstruasi teratur, sebaiknya semua wanita bermawas diri terhadap masalah yang mungkin timbul pada payudara mereka, sebaiknya pemeriksaan dapat dimulai dari waktu remaja dan pemeriksaan yang rutin dan teratur untuk mendeteksi tanda-tanda dini persoalan payudara merupakan kebiasaan yang sangat baik yang harus dilakukan sejak dini. Seorang remaja putri dapat memeriksa payudara sendiri (SADARI) pada saat mandi dengan menggunakan jari-jari tangan sehingga dapat menentukan benjolan pada lekukan halus payudaranya. Bagi banyak wanita kejadian sangat mengejutkan pada waktu sebuah benjolan sudah nampak dengan jelas, kemungkinanya adalah bahwa benjolan tersebut adalah kanker, maka seseorang mungkin telah kehilangan waktu yang berharga untuk memulai pengobatan sedini mungkin. Jadi jalan yang paling bijaksana adalah memeriksa payudara kira secara teratur pada selang waktu yang tertentu pula. Dengan cara ini, kelainan yang terkecil sekalipun dapat ditemukan dan langkah-langkah aktif untuk perngobatan dapat dimulai sedini mungkin (Gilbert, 1996: 41).
Di dunia, kematian akibat kanker diperkirakan sekitar 4,3 juta pertahun 2,3 juta diantaranya ditemukan dinegara berkembang, sedangkan jumlah penderita baru sekitar 3,9 juta pertahun dan terdapat dinegara berkembang sekitar 3 juta (Hidayati, 2001: 195).
Di negara maju insiden kanker payudara 87 per 100.000, angka kematianya kira-kira 27 per 100.000 (Tambunan 1995 : 26). Diantara tumor ganas ginekologi kanker payudara menduduki tempat nomor 2 dari insiden semua tipe kanker di Indonesia. Data terbaru berdasarkan penelitian pada 13 laboratorium patologi anatomi di Indonesia menempatkan kanker serviks diurutan pertama dengan per evaluasi 18,62% disusul kanker payudara 11,22% dan kanker kulit 8,03% (Hidayati 2001 : 197). Secara statistik di Amerika dan juga di Indonesia 95% dari semua tumor / kanker payudara ditemukan oleh penderita itu sendiri (Ramli, 2000 : 75).
Dewasa ini di Indonesia penyakit kanker dirasakan semakin menonjol, hal ini dapat dilihat dari sebagai laporan rumah sakit yang menyebutkan penyakit kanker cenderung menjadi salah satu penyebab utama kematian pada usia produktif. Survei kesehatan rumah tangga (SKRT) menunjukan proporsi penyebab kematian karena kanker semakin meningkat dari 1,3% pada tahun 1976 menjadi 3,4% pada tahun 1980, 4,3% pada tahun 1986 dan 4,8% pada tahun 1992.
Kira-kira sepertiga dari penyakit kanker dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan. Di bagian bedah FKUI/RSCM selama tahun 1971 – 1978 dari 735 kasus penderita payudara 267 (40%) masih merupakan kasus yang dapat dioperasi. Selama tahun 1988 sampai dengan 1996 dari 566 kasus kanker payudara 185 (32,6%) masih menunjukan kasus-kasus yang operable. Berdasarkan data pra survei berupa pertanyaan lisan yang dilakukan oleh peneliti dengan 20 siswa perempuan di SMUN1 Pringsewu tentang masalah SADARI terdapat 18 orang siswi perempuan yang belum mengetahuinya. Persoalanya adalah bagaimana cara memasyarakatkan SADARI sejak mulai remaja untuk mendetekasi segala kelainan/keganasan pada payudara. Oleh sebab itu penulis berminat untuk mengukur sejauh mana pengetahuan siswi SMU ini yang mempunyai jumlah siswa 610 orang yang terdiri dari siswi perempuan 402 orang dan siswa laki-laki 208 orang dari kelas I sampai kelas III (Data TU SMUN 1 Pringsewu, 2006)
1.2 Identifikasi Masalah
Masalah yang teridentifikasi dari prasurvei tesebut diatas adalah :
1.2.1 Dinegara maju insiden kanker payudara 87 per 100.000, angka kematianya kira-kira 27 per 100.000 (Tambuan 1995 : 26). Diantara tumor ganas ginekologi kanker payudara menduduki tempat nomor dua dari insiden semua tipe kanker di Indonesia. (Ramli, 2000 : 75).
1.2.2 Kira-kira sepertiga dari penyakit kanker payudara dapat ditemukan cukup dini untuk dapat disembuhkan. Dibagian bedah FKUI/RSCM selama tahun 1971-1978 dari 735 kasus penderita kanker payudara 267 (40%) masih merupakan kasus yang dapat dioperasi.
1.2.3 Dari 20 siswa perempuan di SMU N 1 Pringsewu terdapat 18 siswi perempuan yang belim mengetahui tentang masalah SADARI.
1.3 Rumusan Masalah
Dari uraian di atas, maka peneliti membuat rumusan masalah sebagai berikut : “Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI di SMU N 1 Pringsewu Tanggamus tahun 2006 ”

1.4 Pertanyaan Penelitian
Bagaimana tingkat pengetahuan remaja putri tentang periksa payudara sendiri (SADARI) di SMU N 1 Pringsewu Tanggamus, 2006.

1.5 Tujuan Penelitian
Dalam penelitian ini penulis mempunyai beberapa tujuan yaitu :
1.5.1 Tujuan Umum
Penelitian ini secara umum bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja putri tengang SADARI di SMU Nenegri 1 Pringsewu Tanggamus tahun 2006.


1.5.2 Tujuan Khusus
1. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang pengertian SADARI di SMU Negeri 1 Pringsewu Tanggamus tahun 2006.
2. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang tujuan SADARI di SMU Negeri 1 Pringsewu Tanggamus.
3. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tengang kapan waktu melakukan SADARI di SMU Negeri 1 Pringsewu Tanggamus tahun 2006.
4. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang cara melakukan SADARI di SMU Negeri 1 Pringsewu Tanggamus tahun 2006.
5. Diketahuinya tingkat pengetahuan remaja putri tentang hasil pemeriksaan SADARI di SMU Negeri 1 Pringsewu Tanggamus tahun 2006.

1.6 Manfaat Penelitian
1.6.1 Bagi Akademi Kebidanan Wira Buana Metro
Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa khususnya Program Studi Kebidanan Wira Buana Metro.
1.6.2 Bagi Staf Pengajar SMU Negeri 1 Pringsewu
Hasil penelitan diharapkan dapat memberikan masukan bagi pengelola pendidikan untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas pendidikan di SMU Negeri 1 Pringsewu dengan cara memberikan materi SADARI pada pelajaran biologi.
1.6.3 Bagi siswi perempuan di SMU Negeri 1 Pringsewu
Hasil penelitian diharapkan dapat menjadi masukan dan tambahan pengetahuan bagi siswi SMU Negeri 1 Pringsewu agar dapat melakukan SADARI untuk mendeteksi dini segala kelainan yang ada pada payudara.
1.6.4 Bagi Peneliti
Untuk menambah pengalaman peneliti dan untuk mengetahui pengetahuan remaja putri tentang SADARI di SMU Negeri 1 Pringsewu Tanggamus sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan serta sebagai penerapan ilmu yang didapat selama pendidikan.

1.7 Ruang Lingkup Penelitian
Di dalam penelitian akan membatasi ruang lingkup yang diteliti, yaitu :
1. Subjek
Subjek yang akan diteliti adalah siswi SMU Negeri 1 Pringsewu Tanggamus tahun 2006
2. Obyek
Obyek penelitian tentang tingkat pengetahuan siswi / remaja putri SMU Negeri I Pringsewu Tanggamus Tahun 2006 tentang SADARI.
3. Lokasi
Lokasi penelitian di SMU Negeri 1 Pringsewu Tanggamus
4. Waktu
Waktu penelitian mulai bulan Januari sampai dengan …………


















BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Remaja
2.1.1 Pengertian
2.1.1.1 Menurut WHO (1974) remaja adalah :
(1) Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukan tanda-tanda sexual sekundernya sampai saat ia mencapai pematangan sexual.
(2) Individu mengalami perkembangan psikologik dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa
(3) Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial – ekonomi yang penuh pada keadaan yang relatif lebih mandiri (Sarwono SW, 1997: 9).
2.1.1.2 Menurut Jones (1997: 26) remaja adalah diantara masa kanak-kanak dengan
masa dewasa yang secara biologis terletak pada usia 10 – 19 tahun. Remaja adalah masa peralihan antara masa kanak-kanak dan masa dewasa yang berlangsung antara usia 12 – 21 tahun (Haditomo, 1998: 262). Menurut Haditomo masa remaja dibagi menjadi 3, yaitu :
(1) Masa remaja awal antara usia 12 – 15 tahun.
(2) Masa remaja pertengahan antara usia 15 – 18 tahun.
(3) Masa remaja akhir antara usia 18 – 21 tahun.

2.1.2 Karakteristik Remaja
2.1.2.1 Menurut Hurlock (1996 : 206), ciri-ciri remaja yaitu :
(1) Masa remaja sebagai periode yang penting
Kendatipun semua periode dalam rentang kehidupan adalah penting, namun kadar pentingnya berbeda-beda. Pada periode remaja, akibat langsung maupun akibat jangka panjang tetaplah penting, ada periode yang penting karena akibat fisik dan ada pula akibat psikologisnya. Perkembangan fisik yang cepat dan penting disertai dengan cepatnya perkembangan mental yang cepat, terutama pada awal masa remaja. Semua perkembangan itu menimbulkan perlunya penyesuaian mental dan perlunya membentuk sikap, nilai dan minat baru.
(2) Masa remaja sebagai periode perlaihan
Peralihan tidak berarti terputus dengan atau berubah dari apa yang telah terjadi sebelinya, melainkan lebih-lebih sebuah peralihan dari satu tahap perkembangan ketahap berikutnya. Dalam setiap periode peralihan, status individu tidaklah jelas dan terdapat keraguan akan peran yang akan dilakukan. Pada masa ini, remaja bukan lagi seorang anak dan juga bukan orang dewasa. Status remaja yang tidak jelas ini juga menguntungkan karena status memberi waktu kepadanya untuk mencoba gaya hidup yang berbeda dan menentukan pola perilaku, nilai dan sifat yang paling sesuai bagi dirinya.
(3) Masa remaja sebagai periode perubahan
Tingkat perubahan dalam sikap dan perilaku selama masa remaja sejajar dengan tingkat perubahan fisik. Ada 5 perubahan yang sama yang hampir bersifat universal, yaitu :
- Meningginya emosi
Perubahan emosi terjadi lebih cepat selama masa awal remaja, maka meningginya emosi lebih menonjol pada masa awal periode akhir-akhir masa remaja.
- Perubahan tubuh
Disini mulai tampak perbedaan antara pria dan wanita akibat perubahan fisik yang terjadi, misal remaja wanita mulai tumbuh payudara, mulai terlihat timbunan lemak dipinggulnya.
- Minat dan peran yang diharapkan
Bagi remaja muda masalah baru yang timbul tampaknya lebih banyak dan lebih sulit diselesaikan dibandingkan masalah yang dihadapi sebelumnya. Remaja akan tetap merasa ditimbuni masalah sampai ia sendiri menyelesaikannya menurut kepuasanya.

- Perubahan nilai-nilai
Apa yang pada masa kanak-kanak dianggap penting sekarang setelah hampir dewasa dianggap tidak penting lagi. Sekarang mereka mengerti bahwa kulaitas lebih penting daripada kuantitas.
- Sikap ambivalan terhadap setiap perubahan
Mereka menginginkan dan menuntut kebebasan tetapi mereka sering takut bertanggung jawab akan apa akibatnya dan meragukan kemampuan mereka untuk mengatasi tanggung jawab tersebut.
(4) Masa remaja sebagai usia bermasalah
Setiap periode mempunyai masalahnya sendiri-sendiri, namun masalah masa remaja sering menjadi masalah yang sulit diatasi baik oleh anak laki-laki maupun perempuan karena ketidak mampuan mereka untuk mengatasi sendiri masalahnya menurut cara yang mereka yakini, banyak remaja akhirnya menemukan bahwa penyelesaianya tidak selalu sesuai dengan harapan mereka.
(5) Masa remaja sebagai masa rasa ingin tahu
Rasa ingin tahun ini lebih membahayakan, karena seringkali melibatkan beberapa hal yang tidak vital dan mendasar (seperti : apakah tuhan itu ada, bagaimana rasanya melakukan hubungan seks) kemudian seringkali dikaitkan dengan karakteristik remaja lain yaitu kebutuhan akan kemandarian yang mendorong kearah tindakan untuk membuktikan rasa ingin tahunya. Rasa inging tahu dan kebutuhan akan kemandirian tersebut mendorong remaja kearah kematangan. Akan tetapi jika rasa ingin tahu ini tidak dijaga, dalam batasan tertentu yang tidak dapat dikuasainya akan membawanya kepada pengetahuan yang sebenarnya secara emosional belum siap diterima remaja. Oleh sebab itu remaja membutuhkan bimbingan orang yang lebih dewasa dalam memberi batasan tentang sejauh mana ia boleh “mencoba” dan dampak (resiko dan manfaat) dari hasil “percobaan” tersebut.

2.2 SADARI
2.2.1 Pengertian
SADARI adalah pemerikasaan diri untuk payudara / periksa payudara sendiri yang dilakukan secara rutin setiap bulan setelah menstruasi (Gilbert, 1996 : 44). Sedangkan menurut Manuaba (1999 : 72) SADARI adalah upaya untuk menetapkan adanya tumor atau tidak dalam payudara yang dilakukan dengan peradabaan.
2.2.2 Tujuan
Menurut Ramli (2000 : 177) tujuan dilakukan SADARI adalah untuk mendeteksi secara dini jika ada kelainan di payudara.


2.2.3 Waktu SADARI
a. Haid teratur : waktu terbaik adalah hari terakhir masa haid
b. Haid tidak teratur : setiap 6 bulan sekali, saat baru selesai menstruasi
c. Waktu : 10 menit setiap bulan periksa payudara.
2.2.4 Cara pemeriksaan SADARI
Menurut Sarwono (1999, 473) cara SADARI :
1. Perhatikan dan amati :
• Perhatikan dengan teliti payudara anda dimuka cermin tanda berpakaian, dengan kedua lengan lurus kebawah.
• Perhatikan bila ada benjolan atau ada perubahan bentuk pada payudara.
• Amati dengan teliti, sebab anda sendirilah yang mengenal tubuh anda.
• Angkatlah kedua lengan lurus keatas dan ulangi periksa seperti diatas.
2. Dengan kedua siku mengarah kesamping tekanlah telapak tangan anda yang
satu kuat-kuat pada yang lain. Cara ini akan menegangkan otot-otot dada anda dan perubahan-perubahan ex cekungan (dekok) dan benjolan akan lebih kelihatan.
3. Tindakan berikutnya :
• Berbaringlah dengan tangan kanan dibawah kepala
• Letakkanlah bantal kecil dibawah punggung kanan
• Raba seluruh permukaan payudara kanan dengan gerakan pada keterangan
• Perhatikan bila ada benjolan yang mencurigakan
4. Cara meraba
• Rabalah dengan tiga ujung jari tengah yang dirapatkan
• Lakukan gerakan memutar dengan tekanan lembut tetapi mantap dimulai dari pinggir dengan mengkuti arah putaran jarum jam.
5. Lakukan hal yang sama seperti di atas tetapi dengan tangan kiridi bawah
kepala, sedang tangan kanan meraba payudara kiri anda.
6. Lakukan pada kedua payudara
Pencetlah pelan-pelan daerah sekitar putting dan amatilah apakah keluar cairan yang tidak normal (tidak biasa).
7. Bagilah payudara menjadi 4 bagian, ¼ atas dekat axilla. Beri perhatian
khusus karena ditempat tersebut sering ditemukan tumor payudara
2.2.5 Hasil pemeriksaan SADARI
1. Melihat sendiri perubahan payudara
• Terjadi pigmentasi kulit payudara (perubahan warna, bertambah hitam atau menjadi putih).
• Perubahan letak puting susu (retraksi puting susu).
• Perubahan kulit payudaramenjadi keriput.
• Putting susu mengeluarkan cairan darah.
• Pergerkan payudara terbatas, artinya saat menggerakkan tangan payudara tidak ikut bergerak.
• Terdapat luka atau ulkus pada payudara
Pada waktu melihat payudara dapat menggunakan cermin sehingga mudah terlihat perubaha.
2. Meraba payudara sendiri
Meraba payudara untuk mengetahui benjolan adalah sebagai berikut :
a. Menemukan benjolan pada payudara
- Bagaimana pergerakan benjolan dengan sekitarnya
- Saat meraba apakah terasa nyeri
- Di bagian mana terdapat benjolan
b. Memijat putting payudara
- Apakah terdapat pengeluaran cairan
- Apakah dibawah puting payudara terdapat tumor
- Bagaimana pergerakan puting payudara
3. Pemeriksaan ketiak
• Apakah terdapat benjolan pada ketiak
• Bagaimana pergerakan tumor tersebut
• Bagaimana perubahanya
2.3 Pengetahuan
2.3.1 Definisi atau Pengertian
Manusia adalah mahluk ciptaan tuhan yang paling sempurna karena mempunyai cita, rasa dan karsa. Manusia memiliki kehendak untuk mengatahui segala sesuatu yang ada disekitarnya untuk itu manusia selalu mencari jalan untuk memperoleh pengetahuan. Menurut Notoatmodjo (2002 : 94) bahwa pengetahun merupakan hasil tahu dan nilai terjadi setelah orang melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu. Penginderaan terjadi pada penglihatan, pendengaran, penerimaan, rasa dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga. Pengetahuan (kognitif) merupakan dominan yang sangat penting untuk terbentuknya tindakan seseorang (over behavior).
Dari pendapat tersebut penulis menyimpulkan bahwa pengetahuan merupakan unsur-unsur yang mengisi akal dan alam jiwa seseorang yang merupakan hasil dari tahu setelah orang itu melakukan penginderaan terhadap suatu obyek tertentu dan kemudian diproyeksikan oleh orang tersebut menjadi suatu gambaran, presepsi, pengamatan, konsep dan fakta.

2.3.2 Konsep Pengetahuan
Menurut Notoatmodjo (2002 : 122) pengetahuan mempunyai enam tingkatan, yaitu :
2.3.2.1 Tahu (Know)
Tahu diartikan sebagai mengingat suatu yang diberikan / materi yang telah dipelajari sebelumnya termasuk dalam penggunaan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap sesuatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang diterima. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain menyebutkan, menguraikan, mendefinisikan, menyatakan dan sebagainya.
2.3.2.2 Memahami (Comprehention)
Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi harus dapat menjelaskan, menyebutkan, menyebutkan contoh, menyimpulkan, meramalkan dan sebagainya terhadap obyek yang dipelajari.
2.3.2.3 Aplikasi (Aplication)
Aplikasi diartikan kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi real (sebenarnya). Aplikasi ini dapat sebagai aplikasi atau penggunaan hokum-hukum, rumus-rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks situasi yang lain.
2.3.2.4 Analisa (Analysis)
Analisis adalah suatu kemampuan menjabarkan materi atau suatu obyek kedalam komponen-komponen tetapi masih dalam sesuatu struktur organisasi tersebut dan masih ada kaitanya satu sama yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja seperti menggambarkan (membuat bagan), membedakan, memisahkan, mengelompokkan.
2.3.2.5 Sintesis (Shyntetis)
Sintetis menunjukan suatu kemampuan atau melaksanakan atau menghubungkan bagian-bagain kedalam suatu bentuk keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintetis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.
2.3.2.6 Evaluasi (Evaluation)
Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek. Penelitian ini berdasarkan kriteria yang ditemukan sendiri.




























BAB III
KERANGKA KONSEP DAN DEFINISI OPERASIONAL

3.1. Kerangka Teori
Kerangka teori penelitian adalah hubungan antara teori-teori yang ingin di amati atau diukur melalui penelitian yang akan di lakukan ( Notoatmodjo, 2002 : 63). Adapun kerangka teori yang akan diteliti yaitu :












Gambar 1 Bagan kerangka teori penelitian
3.2. Kerangka Konsep
Kerangka konsep penelitian adalah hubungan antara konsep-konsep yang ingin diamati atau diukur melalui penelitian-penelitian yang akan dilakukan (Notoatmodjo, 2002 : 63). Adapun variabel yang akan diteliti adalah variabel tunggal (Notoatmodjo, 2002 : 70).
Variabel yang akan diteliti yaitu :
Pengetahuan remaja putri tentang SADARI
• Pengertian SADARI
• Tujuan SADARI
• Waktu SADARI
• Cara pemeriksaan SADARI
• Hasil pemerikasaan SADARI





Gambar 2. Bagan Kerangka Konsep Penelitia


BAB IV METODE PENELITIAN

4.1 Penelitian
Desain penelitian ini adalah deskfriptif yaitu suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripisi tentang suatu keadaan secara objektif (Notoatmodjo, 2002 : 138). Dengan demikian penelitian ini berusaha untuk menggambarkan pengetahuan putri tentang SADARI di SMU Negeri 1 Pringsewu.
4.2 Populasi dan Sampel
4.2.1. Populasi
Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian (Arikunto, 1998 : 15). Populasi adalah keseluruhan objek penelitian atau objek yang diteliti (Notoatmodjo, 2002 : 79) Berdasarkan pendapat diatas yang menjadi populasi penelitian ini adalah semua siswi di SMU Negeri 1 Pringsewu Tanggamus pada tahun ajaran 2005/2006 dengan jumlah siswi perempuan 540 orang dari jumlah keseluruhan 810 siswa.
4.2.2. Sampel Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto, 1998 :
117). Sampel adalah bagian yang diambil dari keseluruhan objek yang diteliti dan dianggap mewakili seluruh populasi (Notoatmodjo, 2002 : 79). Menurut Notoatmodjo (2002 : 79) apabila subjek penelitian kurang dari 100, lebik baik sampel diambil semua sehingga penelitianya merupakan penelitian populasi dan jika jumlah subjeknya besar dapat diambil 10-15% atas 20-25% atau lebih, tergantung setidak-tidaknya dari : a. Kemampuan peneliti (waktu, tenaga dan dana)
b. Sempit luasnya wilayah peneliti c. Besar kecilnya resiko yang ditanggung peneliti Dalam penelitian ini sample yang diambil adalah sebanyak 100 siswi SMU Negeri 1 Pringsewu Tanggamus tahun 2006. Teknik pengambilan sampel secara acak sederhana ini dibedakan menjadi 2 cara, yaitu dengan menggunakan teknik undian (lottery tecnique) dan tabel bilangan atau angka acak (random number) (Arikunto, 1998 : 85). Teknik pengambilan sample ditentukan dengan teknik random sampling yaitu memperoleh sample dengan cara acak sederhana atau random.
4.3 Lokasi Penelitian
Lokasi penelitian ini dilakukan di SMU Negeri 1 Pringsewu Tanggamus karena jumlah siswa perempuan 540 orang dari 810 siswa keseluruhan, dan berdasarkan data prasurvey berupa pertanyaan lisan yang dilakuan peneliti kepada 20 orang siswi perempuan ada 18 siswi perempuan yang belum mengatahui tentang SADARI padahal SADARI penting dilakukan mulai dari remaja untuk mendeteksi secara dini jika ada kelainan di payudara dan remaja merupakan sasaran dari kesehatan dari reproduksi.
4.4 Variabel Pengukuran
Variabel yang akan diteliti adalah variabel tunggal yaitu pengetahuan remaja putri tentang SADARI yang terdiri dari sub variabel yaitu : pengetian SADARI, tujuan SADARI, waktu dan hasil pemeriksaan SADARI melakuan SADARI. Untuk dapat mengukur variabel penelitian ini penulis menggunakan instrumen untuk mengumpulkan data. Hal ini sesuai dengan pendapat Notoatmodjo (2002 : 21) yaitu yang dimaksud dengan instrumen adalah “alat-alat yang digunakan untuk mengumpulkan data, instrumen ini dapat berupa question (pertanyaan), formulir, observasi, formulir-formulir lain yang berkaitan dengan penataan data”
4.5 Alat Ukur Variabel
Untuk mengukur pengetahuan, alat ukur yang digunakan adalah angket atau kuesioner yang diberikan kepada para responden. Angket adalah penyelidikan suatu masalah yang banyak menyangkut kepentingan umum (orang banyak) dengan jalan mengedarkan formulir berupa pertanyaan, diajukan secara tertulis kepada sejumlah subyek untuk mendapakan jawaban (respon, tanggapan) tertulis sepenuhnya (Arikunto, 1998 : 112). Jadi peneliti mengukur dengan menggunakan kuesioner. Instrumen dalam penelitian ini adalah pengetahuan teknik untuk mengukur pengetahuan yang digunakan adalah angket dan alat ukur berupa kuesioner yang diberikan kepada paea responden. Pada setiap item pertanyaan terdapat 2 alternatif jawaban yang ada, bila jawaban benar mendapat skor 1 (nilai tertinggi), dan bila jawaban yang diberikan salah mendapat skor 0 (nilai terendah).

Tabel 2. Distribusi item pertanyaan alat ukur pengetahuan
No Aspek Pengetahuan Nomor Item Pertanyaan
Tahu Memahami Aplikasi
1 Pengertian SADARI 1 9,22
2 Tujuan SADARI 2,23 12,15,29
3 Waktu SADARI 6,7,8,17 21,26
4 Cara Pemerikasaan SADARI 13,25,30 14,19,24 5,10,18
5 Hasil Pemeriksaan SADARI 3,16 4,11,20 27,28


4.6 Analisa Data
Setelah data terkumpul melalui angket atau kuesioner maka dilakukan pengolahan data yang melalui beberapa tahapan sebagai berikut : 4.6.1. Seleksi Data (Editing) Proses pemeriksaan data dilapangan sehingga dapat menghasilkan data yang akurat untuk pengelolaan data selanjutnya kegiatan yang dilakukan adalah memeriksa apakah semua pertanyaan penelitian sudah dujawab dan jawaban yang atau tertulis dapat dibaca secara konsisten.
4.6.2. Pemberian Kode (Coding) Setelah dilakukan editing selanjutnya penulis memberikan kode tertentu pada tiap-tiap data sehingga memudahkan dalam melakukan analisa data.
4.6.3. Pengelompokan data (Tabulating) Pada tahap ini, jawaban-jawaban responden yang sama dikelompokkan dengan teliti dan teratur lalu dihitung lalu dijumlahkan kemudian dituliskan dalam bentuk tabel-tabel. 4.6.4. Analisis Pengelolaan dan analisis data dilakukan secara manual, dengan menggunakan rumus sebagai berikut : P = Keterangan : P = Persentase a = Jumlah pertanyaan yang dijawab benar B = Jumlah pertanyaan. Sedangkan penekanan kategori penelitian dinilai sebagai berikut :
a. 76 – 100% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori baik.
b. 56 – 75% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori cukup.
c. 40 – 55% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori kurang.
d. Kurang dari 40% jika pertanyaan yang dijawab benar oleh responden termasuk kategori tidak baik (Arikunto 1998 : 246).
















BAB V
HASIL PENELITIAN






5.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
SMU Negeri 1 Pringsewu salah satu pendidikan yang berada di bawah naungan pendidikan Kabupaten Tanggamus yang berdiri pada tanggal 17 Agustus 1964 ini terletak di Jl. Olahraga No. 1 Pringsewu Barat Kecamatan Pringsewu Kabupaten Tanggamus.
Keliling tanah SMU Negeri 1 Pringsewu yang sudah di pagar permanen seluruhnya adalah 320 m. Secara keseluruhan luas SMU Negeri 1 Pringsewu adalah 4.953 m 2 yang terbagi menjadi :
a. Luas Bangunan : 2.147 m2
b. Lapangan Olahraga : 382 m2
c. Kebun : 2.424 m2
Jumlah : 4.953 m2
Sasaran dan tujuan yang ingin dicapai oleh SMU Negeri 1 Pringsewu dalam rangka ikut membantu program pemerintah tentang peningkatan sumber daya manusia (SDM) adalah :
a. Kondisi belajar yang nyaman
b. Administrasi sekolah yang baik
c. Kesejahteraan pegawai
d. Pelayanan pendidikan yang professional
e. Tingginya prestasi kelulusan sekolah
f. Lengkapnya sarana dan prasarana.
Selain memberikan materi pelajaran sesuai dengan kurikulum, SMU Negeri 1 Pringsewu juga mengadakan kegiatan ekstra kulikuler yang dapat diikuti oleh seluruh siswanya.
5.1.1 Jumlah Ketenagaan di SMU Negeri 1 Pringsewu yaitu :
a. Kepala Sekolah : 1 orang
b. Wakil Kepala Sekolah : 4 orang
c. Guru Tetap Yayasan : 55 orang
d. Guru Tidak Tetap Yayasan : 2 orang
e. Tenaga Tata Usaha : 5 orang
f. Pesuruh : 2 orang
g. BP : 4 orang
Jumlah : 73 orang
Jumlah siswa di SMU Negeri 1 Pringsewu pada tahun ajaran 2005/2006 adalah :
a. Kelas X ( 6 kelas ) : 238 siswa
b. Kelas XI ( 6 kelas ) : 199 siswa
c. Kelas III ( 6 kelas ) : 173 siswa
Jumlah : 610 siswa
Jumlah siswa perempuan di SMU Negeri 1 Pringsewu pada tahun ajaran 2005/2006 adalah :
a. Kelas X (6 kelas) : 161 siswi
b. Kelas XI (6 kelas) : 124 siswi
c. Kelas III (6 kelas) : 117 siswi
Jumlah : 402 Siswi
5.1.2 Sarana dan Prasarana
Adapun sarana yang ada di SMU Negeri 1 Pringsewu adalah sebagai berikut:
1) Ruang Belajar
2) Ruang Kepala Sekolah
3) Ruang TU
4) Ruang Dewan Guru
5) Ruang Laboratorium Kimia, fisika, bahasa, biologi
6) Ruang Perpustakaan
7) Ruang Gudang
Sedangkan prasarana yang tersedia di SMU Negeri 1 Pringsewu adalah sebagai berikut:
1) Mushola Lapangan Basket
2) Garasi motor dan sepeda
3) Kantin

5.2 Persiapan dan Pelaksanaan Penelitian

5.2.1 Langkah-langkah persiapan dalam penelitian
1) Melakukan pra survei di SMU Negeri 1 Pringsewu Kabupaten Tanggamus
2) Menyusun usulan penelitian dan mengajukan usulan dan penelitian melalui seminar.
3) Perbaikan usulan penelitian dan konsultasi mengenai kerangka kuesioner.
5.2.2 Langkah-langkah Pelaksanaan Dalam Penelitian
1) Menyerahkan surat izin penelitian kepada Kepala Sekolah SMU Negeri 1 Pringsewu
2) Pada tanggal 10–11 Mei 2006 dilaksanakan penelitian secara langsung kepada responden
3) Memproses dan menganalisis jawaban kuesioner yang terkumpul
4) Menarik kesimpulan
5) Menulis laporan hasil penelitian.
5.3 Hasil Penelitian
Setelah kuesioner dikumpulkan dan diolah didapat data yang disajikan dalam bentuk tabel distribusi dan diagram yang menggambarkan tingkat pengetahuan remaja putri tentang periksa payudara sendiri (SADARI) di SMU Negeri I Pringsewu.
Sesuai dengan pertanyaan penelitian maka hasil penelitian ini dibagi dalam 5 sub variabel, yaitu:
1. Pengertian SADARI
2. Tujuan SADARI
3. Waktu SADARI
4. Cara SADARI
5. Hasil SADARI
Berikut ini akan disajikan hasil penelitian tersebut berdasarkan per sub variabel dalam bentuk tabel.
5.3.1 Pengertian SADARI
Hasil mengenai pengetahuan remaja putri tentang pengertian SADARI diperoleh melalui kuesioner yang memuat 3 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang pengertian SADARI yang diberikan kepada 100 siswa perempuan di SMU Negeri I Pringsewu.
Tabel 5.1
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Pengertian SADARI di SMU Negeri I Pringsewu
Tahun 2006

No Item Pertanyaan Benar Salah
 %  %
1 Pemeriksaan SADARI adalah 83
83% 17
17%
2 Upaya untuk menetapkan adanya tumor atau tidak dalam payudara yang dilakukan dengan perabaan 77
77% 23
23%
3 SADARI adalah upaya untuk menetapkan adanya tumor atau tidak dalam payudara 4
4% 96
96%
Rata-rata 54,67 54,67% 45,33 45,33%
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata responden yang menjawab benar pada setiap item pertanyaan sub variabel tentang pengertian SADARI adalah sebanyak 54,67% sedangkan rata-rata jawaban salah sebanyak 45,33%.
Setelah dilakukan pengolahan data maka didapat kategori tingkat pengetahuan responden tentang pengertian SADARI pada grafik berikut:

Gambar 5.1 Diagram tingkat pengetahuan responden tentang pengertian SADARI
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang pengertian SADARI yaitu kategori baik sebanyak 4 responden (4%), kategori cukup sebanyak 60 responden (60%), kategori kurang sekali sebanyak 36 responden (36%).
5.3.2 Tujuan SADARI
Hasil mengenai pengetahuan remaja putri tentang tujuan SADARI diperoleh melalui kuesioner yang memuat 5 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang tujuan SADARI yang diberikan kepada 100 siswa perempuan di SMU Negeri I Pringsewu.
Tabel 5.2
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Tujuan SADARI di SMU Negeri I Pringsewu
Tahun 2006

No Item Pertanyaan Benar Salah
 %  %
1 Tujuan utama SADARI 93
93% 7
7%
2 Tujuan lain dari SADARI 0
0% 100
100%
3 Mengapa SADARI penting untuk wanita 97
97% 3
3%
4 SADARI adalah untuk mendeteksi dini jika ada kelainan pada 96
96% 4
4%
5 Pemeriksaan SADARI dilakukan untuk mendeteksi secara dini jika ada kelainan di payudara 93
93% 7
7%
Rata-rata 75,8 75,8% 24,2 24,2%
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata responden yang menjawab benar pada setiap item pertanyaan sub variabel tentang tujuan SADARI adalah sebanyak 75,8% sedangkan rata-rata jawaban salah sebanyak 24,2%.
Setelah dilakukan pengolahan data maka didapat kategori tingkat pengetahuan responden tentang tujuan SADARI pada grafik berikut:

Gambar 5.2 Diagram tingkat pengetahuan responden tentang tujuan SADARI
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang tujuan SADARI yaitu kategori baik sebanyak 85 responden (85%), kategori cukup sebanyak 11 responden (11%), kategori kurang sebanyak 4 responden (4%).
5.3.3 Waktu SADARI
Hasil mengenai pengetahuan remaja putri tentang waktu SADARI diperoleh melalui kuesioner yang memuat 6 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang waktu SADARI yang diberikan kepada 100 siswa perempuan di SMU Negeri I Pringsewu.
Tabel 5.3
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Waktu SADARI di SMU Negeri I Pringsewu
Tahun 2006

No Item Pertanyaan Benar Salah
 %  %
1 Kapan dilakukan SADARI untuk wanita dengan haid yang teratur 32
32% 68
68%
2 Kapan dilakukan SADARI untuk wanita dengan haid yang tidak teratur 0
0% 100
100%
3 Waktu yang diperlukan untuk mengerejakan SADARI setiap bulannya 63
63% 37
37%
4 Berapa kali dalam 1 bulan SADARI dilakukan 63
63% 37
37%
5 Waktu melakukan SADARI dibedakan menurut teratur tidaknya 95
95% 5
5%
6 Apakah hari terakhir masa haid adalah waktu terbaik melakukan SADARI untuk siklus haid 82
82% 18
18%
Rata-rata 55,83 55,83% 44,17 44,17%
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata responden yang menjawab benar pada setiap item pertanyaan sub variabel tentang waktu SADARI adalah sebanyak 55,83% sedangkan rata-rata jawaban salah sebanyak 44,17%.
Setelah dilakukan pengolahan data maka didapat kategori tingkat pengetahuan responden tentang waktu SADARI pada grafik berikut:

Gambar 5.3 Diagram tingkat pengetahuan responden tentang waktu SADARI
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang waktu SADARI yaitu kategori baik sebanyak 11 responden (11%), kategori cukup sebanyak 36 responden (36%), kategori kurang sebanyak 31 responden (31%) dan kategori kurang sekali sebanyak 22 responden (22%).
5.3.4 Cara SADARI
Hasil mengenai pengetahuan remaja putri tentang cara SADARI diperoleh melalui kuesioner yang memuat 9 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang cara SADARI yang diberikan kepada 100 siswa perempuan di SMU Negeri I Pringsewu.




Tabel 5.4
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Cara SADARI di SMU Negeri I Pringsewu
Tahun 2006

No Item Pertanyaan Benar Salah
 %  %
1 Bagaimana sebaiknya posisi dalam melakukan SADARI 58
58% 42
42%
2 Gerakan SADARI dilakukan dengan menggunakan tangan 63
63% 37
37%
3 Urutan tindakan SADARI 67
67% 33
33%
4 Pada tindakan SADARI untuk meraba payudara menggunakan 55
55% 45
45%
5 Posisi tindakan SADARI yang akan menegangkan otot-otot dalam dari perubahan seperti cekungngan (dekok) dan benjolan akan lebih kelihatan 76
76% 24
24%
6 Bagian dari payudara yang sering ditemukan tumor payudara 25
25% 75
75%
7 Perhatikan dengan teliti payudara Anda di muka cermin tanpa berpakaian dengan kedua tangan 46
46% 54
54%
8 Saat melakukan perabaan pada tindakan SADARI dengan tekanan lembut tetapi mantap dimulai dari pinggir dengan arah 28
28% 72
2%)
9 Amati dengan teliti segala perubahan yang ada pada payudara karena 97
97% 3
3%
Rata-rata 57,22 57,22% 42,78 42,78%
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata responden yang menjawab benar pada setiap item pertanyaan sub variabel tentang cara SADARI adalah sebanyak 57,22% sedangkan rata-rata jawaban salah sebanyak 42,78%.
Setelah dilakukan pengolahan data maka didapat kategori tingkat pengetahuan responden tentang cara SADARI pada grafik berikut:

Gambar 5.4 Diagram tingkat pengetahuan responden tentang cara SADARI
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang cara SADARI yaitu kategori baik sebanyak 19 responden (19%), kategori cukup sebanyak 25 responden (25%), kategori kurang sebanyak 40 responden (40%) dan kategori kurang sekali sebanyak 16 responden (16%).
5.3.5 Hasil SADARI
Hasil mengenai pengetahuan remaja putri tentang hasil SADARI diperoleh melalui kuesioner yang memuat 7 pertanyaan mengenai pengetahuan tentang hasil SADARI yang diberikan kepada 100 siswa perempuan di SMU Negeri I Pringsewu.










Tabel 5.5
Distribusi Frekuensi Tingkat Pengetahuan Remaja Putri
Tentang Hasil SADARI di SMU Negeri I Pringsewu
Tahun 2006

No Item Pertanyaan Benar Salah
 %  %
1 Pada hasil pemeriksaan SADARI dengan melihat perubahan apa yang terjadi pada kulit payudara yang mengalami kelainan 13
13% 87
87%
2 Apakah yang disebut dengan pergerakan payudara terbatas 39
39% 61
61%
3 Yang dapat diamati pada saat melakukan SADARI 90
90% 10
10%
4 Bila ada penyakit pada payudara maka putting susu akan mengeluarkan 24
24% 76
76%
5 Untuk mendapat hasil pemeriksaan SADARI melalui 36
36% 64
64%
6 Saat meraba payudara sendiri. Jika menemukan benjolan pada payudara hal apa yang perlu diperhatikan 32
32% 68
68%
7 Untuk menemukan hasil pemeriksaan SADARI maka perhatikan hal-hal pada ketiak 33
33% 67
67%
Rata-rata 38,14 38,14% 61,86 61,86%
Tabel di atas menunjukkan bahwa rata-rata responden yang menjawab benar pada setiap item pertanyaan sub variabel tentang hasil SADARI adalah sebanyak 38,14% sedangkan rata-rata jawaban salah sebanyak 61,86%.
Setelah dilakukan pengolahan data maka didapat kategori tingkat pengetahuan responden tentang hasil SADARI pada grafik berikut:

Gambar 5.5 Diagram tingkat pengetahuan responden tentang hasil SADARI
Dari diagram di atas dapat dilihat bahwa pengetahuan responden tentang hasil SADARI yaitu kategori baik sebanyak 1 responden (1%), kategori cukup sebanyak 23 responden (23%), kategori kurang sebanyak 30 responden (30%) dan kategori kurang sekali sebanyak 46 responden (46%).















BAB VII
KESIMPULAN DAN SARAN


7.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh penulis mengenai tingkat pengetahuan remaja putri tentang Periksa Payudara Sendiri (SADARI) di SMU Negeri 1 Pringsewu maka dapat penulis simpulkan bahwa :
7.1.1 Pengetahuan remaja putri tentang pengertian SADARI sebagian besar termasuk dalam kategori cukup yaitu 60 orang (60%).
7.1.2 Pengetahuan remaja putri tentang tujuan SADARI sebagian besar termasuk dalam kategori baik yaitu 85 orang (85%).
7.1.3 Pengetahuan remaja putri tentang waktu SADARI sebagian besar termasuk dalam kategori cukup yaitu 36 orang (36%).
7.1.4 Pengetahuan remaja putri tentang cara SADARI sebagian besar termasuk dalam kategori kurang yaitu 40 orang (40%).
7.1.5 Pengetahuan remaja putri tentang hasil SADARI sebagian besar termasuk dalam kategori tidak baik yaitu 46 orang (46%).
Dari hasil penelitian di atas maka dapat dilihat bahwa secara keseluruhan tingkat pengetahuan remaja putri tentang SADARI adalah kurang. Hal ini dapat dipengaruhi oleh kurangnya informasi remaja putri tentang teknik SADARI pada khususnya dan informasi tentang kesehatan pada umumnya. Oleh karena itu sangatlah perlu untuk diberikan arah dan bimbingan kepada mereka dalam bidang kesehatan terutama kesehatan reproduksi sehingga diharapkan dapat membantu dalam meninggikan angka kesehatan individu itu sendiri.
Dengan demikian maka pengetahuan remaja putri tentang SADARI perlu ditingkatkan lagi karena SADARI berguna untuk mendeteksi tumor dan kanker payudara sehingga diharapkan dapat berperan dalam menurunkan angka kematian akibat kanker payudara yang sekarang ini masih menduduki urutan ke-2 dari semua angka kematian akibat kanker Indonesia.
7.2 Saran
7.2.1 Bagi Siswa Perempuan Di SMU Negeri 1 Pringsewu
Perlunya para remaja putri untuk berusaha menambah wawasan tentang SADARI, bisa dengan membaca buku-buku tentang kesehatan, artikel-artikel kesehatan di majalah / Koran atau dengan mengunjungi klinik kesehatan remaja sehingga akan menambah pengetahuan tentang SADARI dalam upaya mendeteksi dini kanker payudara serta pengetahuan tentang kesehatan lainnya.
7.2.2 Bagi Staf Pengajar SMU Negeri 1 Pringsewu
Diharapkan untuk selalu memberikan bimbingan dan mendorong minat baca para siswa/siswinya serta menyediakan sarananya, misalnya dengan menambah persediaan buku-buku tentang kesehatan dan kesehatan remaja di perpustakaan sekolah sehingga dapat menambah pengetahuan tentang teknik SADARI atau tentang topik-topik kesehatan yang lain.
7.2.3 Bagi Institusi
Diharapkan hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi mahasiswa yang lain serta untuk menambah wawasan mahasiswa jurusan kebidanan khususnya mengenai pengetahuan remaja putri tentang SADARI.
7.2.4 Bagi Peneliti
Diharapkan dari hasil penelitian ini dapat memberikan manfaat bagi peneliti lain yang akan melakukan penelitian di masa yang akan datang yaitu sebagai bahan masukan mengenai pengetahuan remaja putri tentang SADARI sehingga peneliti lain lebih dapat mengembangkan pengetahuan tentang kesehatan lainnya





















DAFTAR PUSTAKA




Arikunto S., 2002 , Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek, Rineka Cipta, Edisi Revisi V, Jakarta.

Bungin, Burhan. 2001. Metodologi Penelitian Sosial. Airlangga University Press. Surabaya.

Dianawati A., 2003, Pendidikan Seks Untuk Remaja, Kawan Pustaka, Jakarta.

Elizabeth BH., 1996, Psikologi Perkembangan, Edisi Kelima, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Gilbert P., 1996, Payudara Apa Yang Perlu Diketahui Wanita, Arcan, Jakarta.

Haditomo, 1998, Psikologi Perkembangan, UGM, Yogyakarta.

Hurlock EB., 1996, Psikologi Perkembangan, Penerbit Erlangga, Jakarta.

Jones, 1997, Setiap Wanita, Pustaka Delapratasa, Jakarta.

Manuaba IBG., 2001, Memahami Kesehatan Reproduksi Wanita, EGC, Jakarta.

Notoatmodjo S., 2002, Metodologi Penelitian Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

., 2002, Pendidikan Dan Perilaku Kesehatan, PT. Rineka Cipta, Jakarta.

Ramli M., 2002, Deteksi Dini Kanker, FKUI, Jakarta.

Sarlito WS., 1997, Psikologi Remaja, Arcan, Jakarta.

Sarwono P., 1996. Ilmu Kandungan, Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawiro Hardjo, Jakarta

Soetjiningsih, 1997, Asi Petunjuk Untuk Tenaga Kesehatan, EGC, Jakarta.




No Nama Responden Umur (tahun) Kelas No Nama
Responden Umur (tahun) Kelas