Kamis, 29 April 2010

perkembangan perawat sebagai profesi


BAB I
PENDAHULUAN

Sebagai sebuah profesi yang masih berusaha menunjukkan jati diri, profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini bukan hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi domain yaitu; Keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan, dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan sistem pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada supra sistem dan pranata lain yang terkait.
Dunia profesi keperawatan terus bergerak. Hampir dua dekade profesi ini menyerukan perubahan paradigma. Perawat yang semula tugasnya hanyalah semata-mata menjalankan perintah dokter kini berupaya meningkatkan perannya sebagai mitra kerja dokter seperti yang sudah dilakukan di negara-negara maju. Tapi yang namanya perubahan bukanlah perkara mudah. Bagaimanakah kesiapan pihak lain menerima perubahan ini, atau bahkan bagaimana kesiapan perawat itu sendiri yang berperan sebagai pemeran utama dalam perubahan ini?
Kualitas SDM tenaga keperawatan akan meningkat seiring dengan meningkatnya tingkat pendidikan formal perawat. Di indonesia, sebagian besar perawat memiliki pendidikan terakhir adalah SPK yang setara dengan SMA. Ironis jika dibandingkan dengan tingkat pendidikan perawat di negara maju yang minimal sarjana. Oleh karenanya, yang mendesak untuk dilakukan adalah meng-up grade latar pendidikan, juga untuk memperkecil perbedaan dengan mitra kerja perawat yaitu dokter.
Jika dianalisa lebih mendalam, ada empat tantangan utama yang sangat menentukan terjadinya perubahan dan perkembangan keperawatan di Indonesia, yang secara nyata dapat dirasakan khususnya dalam sistem pendidikan keperawatan, yaitu (1) terjadinya pergeseran pola masyarakat Indonesia; (2) Perkembangan IPTEK; (3) Globalisasi dalam pelayanan kesehatan; dan (4) Tuntutan tekanan profesi keperawatan.
Di luar dari usaha pemantapan kedudukan sebagai sebuah profesi, ada sebuah fenomena yang cukup mencengangkan. Saat ini jumlah perawat yang menganggur di Indonesia ternyata cukup besar. Hingga tahun 2005 mencapai 100 ribu orang. Ini disebabkan rendahnya pertumbuhan rumah sakit dan lemah berbahasa asing. Padahal setiap tahun, dari 770 sekolah perawat yang ada di Indonesia, lulusannya mencapai 25 ribu perawat. Ironisnya, data WHO 2005 menunjukkan bahwa dunia justru kekurangan 2 juta perawat, baik di AS, Eropa, Australia dan Timur Tengah.
Di sisi lain, Badan Pengembangan dan Pemberdayaan kesehatan SDM Kesehatan (PPSDM Kesehatan) melaporkan bahwa jumlah terbesar Tenaga Kesehatan Profesional Indonesia (TKPI) yang telah bekerja di luar negeri mulai 1989 sampai dengan 2003 adalah perawat (97.48% dari total sebanyak 2494 orang)4). Hal ini menunjukkan pada kita ada beberapa hal yang harus ditanggulangi dalam profesi ini.
Kondisi keperawatan Indonesia memang masih jauh tertinggal dari negara-negara maju, bahkan dibandingkan negara-negara ASEAN sekalipun. Kurangnya penghargaan pemerintah terhadap perawat yang dibuktikan dengan pemberian gaji yang kecil padahal perawat memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang besar adalah salah satu contoh. Gaji kecil, yang bahkan tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup, seringkali membawa dampak pada profesionalisme kinerja perawat itu sendiri.
Tantangan internal profesi keperawatan adalah meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) tenaga keperawatan sejalan dengan telah disepakatinya keperawatan sebagai suatu profesi pada lokakarya nasional keperawatan tahun 1983 sehingga keperawatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang bersifat profesional. Untuk menanamkan pondasi dalam-dalam sebagai salah satu profesi yang diakui masyarakat, perawat harus dapat menyuguhkan profesionalisme pelayanan keperawatan kepada masyarakat. Hal ini berbanding lurus dengan kualitas SDM tenaga keperawatan.
Menjadi perawat di luar negeri tidaklah mudah, ada beberapa persyaratan yang harus dipenuhi. Persyaratan-persyaratan tersebutpun bukan hal yang main-main, misalnya pengalaman kerja, kemampuan berbahasa asing atau telah mengantongi sertifikat lolos ujian NLEX (National Licence Examination).
Dengan keberhasilan perawat-perawat Indonesia tersebut berangkat ke luar negeri dan bekerja di sana, ini menunjukkan pada kita bahwa mereka adalah tenaga keperawatan yang mampu memenuhi syarat-syarat tersebut yang merupakan implikasi dari kualitas mereka. Secara tidak langsung menunjukkan bahwa tidak sedikit tenaga keperawatan Indonesia yang berkualitas baik dan diakui dunia internasional.
Di satu sisi kita dapat merasa tenang dan bangga, tapi di sisi lain kita justru harus merasakan kekhawatiran yang sangat. Karena perginya tenaga perawat Indonesia yang berkualitas ke luar negeri selain dapat berdampak positif juga dapat memberi dampak negatif. Dampak positifnya adalah sekembalinya mereka ke Indonesia, mereka dapat memberi wacana baru dan pencerahan bagi dunia keperawatan Indonesia lewat ilmu dan penglaman yang mereka dapat di luar. Namun hal ini juga berdampak negatif yaitu akan menimbulkan kekhawatiran masyarakat Indonesia menerima pelayanan dari tenaga perawat yang tersisa di Indonesia, yang kualitasnya di bawah tenaga keperawatan yang bekerja di luar tersebut. Apalagi dengan fenomena kurang dihargainya perawat di Indonesia dan tingginya permintaan dari luar negeri akan memicu perawat-perawat berkualitas di Indonesia untuk mencari “penghidupan yang layak” di luar negeri.
Tantangan lain dari eksternal profesi keperawatan adalah kesiapan profesi lain menerima paradigma baru yang kita bawa. Perlu adanya kesediaan profesi kesehatan lain memberi kesempatan pada perawat untuk berkembang dan membuktikan diri. Tentu saja bukanlah proses yang mudah, karena tidak sedikit dokter yang memandang perawat, setinggi apapun pendidikannya tetaplah seorang pembantu dokter yang bertugas menjalankan perintah dokter, yang tidak punya inisiatif sampai perintah dokter diberikan.
Pada akhirnya untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Organisasi profesi dalam menentukan standarisasi kompetensi dan melakukan pembinaan, lembaga pendidikan dalam melahirkan perawat-perawat yang memiliki kualitas yang diharapkan serta pemerintah sebagai fasilitator dan memiliki peran-peran strategis lainnya dalam mewujudkan perubahan ini.















BAB II
ISI

A. Pengertian Profesi
Profesi adalah suatu pekerjaan yang ditujukan untuk kepentingan masyarakat dan bukan untuk kepentingan golongan atau kelompok tertentu. Profesi sangat mementingkan kesejahteraan orang lain, dalam konteks bahasan ini konsumen sebagai penerima jasa pelayanan keperawatan professional.Menurut Webster profesi adalah pekerjaan yang memerlukan pendidikan yang lama dan menyangkut ketrampilan intelaktual.
Kelly dan Joel, 1995 menjelaskan professional sebagai suatu karakter, spirit atau metode professional yang mencakup pendidikan dan kegiatan diberbagai kelompok okupasi yang angotanya berkeinginan menjadi professional. Professional merupakan suatu proses yang dinamis untuk memenuhi atau mengubah karakteristik kearah suatu profesi.

B. Perkembangan Profesi Keperawatan
Istilah keperawatan sendiri dari kata perawat. Konsep keperawatan sudah ada sejak awal adanya manusia yaitu dengan munculnya naluri untuk merawat diri sendiri atau yang lebih sering dikenal dengan Mother Instinc.
Sejak Zaman Purba
Pada masa ini, mereka percaya bahwa kekuatan mistis dapat mempengaruhi kehidupan manusia atau animisme, mereka beranggapan bahwa dengan adanya jiwa yang jahat maka akan menimbulkan kesakitan dan jiwa yang sehat dapat menimbulkan kesehatan atau kesejahteraan.
Peran perawat pada saat itu sebagai ibu yang merawat anggota keluarga yang sakit dengan memberikan perawatan fisik dan mengobati penyakit dengan dengan menghilangkan pengaruh jahat.
Setelah itu mulai bergeser ke kepercayaan pada para dewa, yaitu mereka beranggapan bahwa penyakit timbul diakibatkan karena kemarahan sang dewa dan cara menyembuhkannya dengan cara berdiam diri di kuil sebagai tempat pemujaan dengan dibantu prisest.Setelah itu maka berkembanglah rumah-rumah perawat, dan pada saat itu pula muncul istilah keperawatan.Zaman Keagamaan Perkembangan keperawatana mulai bergeser kea rah spiritual yaitu timbulnya rasa sakit disebabkan karena dosa atau kutukan Tuhan Pada masa ini pusat perawatan berada di tempat ibadah dengan pemimpin agama sebagai tabib yang mengobati pasien, sedangakan perawat sebagai budak yang hanya membantu dan bekerja atas perintah pemimpin agama, sehingga perawat belum diakui eksistensinya.
Zaman Masehi
Keperawatan dimulai pada saat perkembangan agama Nasrani. Pada waktu itu banyak dibentuk diakones atau wanita-wanita yang mengunjungi orang sakit.
Didaratan timur tengah perkembangan keperawatan maju seiring perkembangan agama Islam. Keberhasilan Nabi Muhammad SAW dalam menyebarkan agama Islam diikuti pula dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi pada masa itu.
Dalam Alquran sendiri dituliskan betapa pentingnya menjaga kebersihan, makanan, lingkungan dan lain-lain.
Dengan berkembangnya keperawatan dalam Islam sehingga melahirkan tokoh Islam dalam keperawatan yakni Ibu Rufaidah.
Zaman Permulaan Abad 21
Pada masa ini, yang awalnya masyarakat percaya pada factor keagamaan, berubah ke kekuasaan akibat dari saling berlomba memperebutkan tahta dengan cara apapun. Akibatnya tempat ibadah tidak lagi digunakan dengan untuk perawatan orang sakit.
Zaman Perang Dunia
Florence Nightingale (1820-1910) menyadari akan pentingnya suatu sekolah untuk mendidik para perawat, ia mempunyai pandangan bahwa dalam mengembangkan keperawatan perlu disipakan pendidikan bagi perawat, ketentuan jam perawat, dan mempertimbangkan pedapat dari para perawat.
Florence menetapkan struktur dasar di pendidikan perawat dengan mendirikan sekolah perawat, menetapkan tujuan pendidikan perawat dan menetapkan pengetahuan yang harus dimiliki perawat.Sejak saat inilah mulai berkembangnya keperawatan.
Masa Perang Dunia ke-2
Dalam masa peperangan banyak ditemukan berbagai bidang yang mengalami tekanan, termasuk di keperawatan. Timbulnya tekanan bagi dunia penegetahuan dalam penerapan teknologi akibat peperangan maka menyebabkan peningkatan diri dalam tindakan keperawatan.Pasca Perang Dunia ke-2Dalam masa pasca perang dunia ke-2, pawa perawat mulai bertindak. Diantaranya adanya tuntuan dari para perawat sehingga pada tahun 1948 di luar negeri perawat diakui sebagai profesi, sedangkan di Indonesia perawat diakui sebagai profesi pada tahun 1983.Periode Tahun 1950Pada sekitar tahun 50-an, perawat mulai berkembang khususnya dalam penataan system pendidikan. Di Amerika sudah dimulai system pendidikan perawat setingkat Master atau Doktoral. Selain itu penerapan proses keperawatan sudah mulai dikembangkan dengan memberi pengertian bahwa perawatan adalah suatu proses yang dimulai dari pengkajian, diagnosis, perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi.
C. Perkembangan Pendidikan Keperawatan
Secara singkat perkembangan pendidikan keperawatan adalah sebagai berikut:
Perkembangan di Negara Maju (Development Countries):
- 1860 : Sekolah Perawat yang pertama di London (oleh Florence n.)
- 1909 : Pendidikan Tinggi D-3/Diploma (FK.Uni. Of Minessota, USA)
- 1919 : Pendidikan S – 1/Bachelor (di bawah pengawasan FK).
- 1923 : Pendidikan S – 1 Keperawatan Mandiri (Yale University, USA)
- 1977 : 3830 orang Master di bidang keperawatan di USA.

Perkembangan di Indonesia :
- 1945 : Sesudah kemerdekaan : Sekolah Juru Kesehatan (lulusa SR/SD), selanjutnya ditingkatkan menjadi SPR/SPK (lulusan SMP).
- 1962 : Akademi Perawatan Pertama (Depkes RI)di Jakarta (lulusan SMA).
- 1985 : Program Studi Ilmu Keperawatan di buna FKUI (lulusan Akper/SMA).
- Nov.1995 : Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia (mandiri)

PendidikanTinggi Keperawatan: pendidikan akademi professional.
(Akademik bertanggung jawab dalam pengembangan ilmu keperawatan,
Profesional : menghasilkan perawat terampil dalam praktek berlandaskan ilmu/teori/ pengetahuankeperawatan.

Perkembangan Teori Keperawatan
Teori keperawatan dikemukakan pertama kali oleh Florence Nightingale pada pertengahan tahun 1860-an, selanjutnya dikemukakanoleh pemuka-pemuka teori keperawatan pada awal 1950-an. Mereka mengembangkan teori dan model keperawatan yang menegaskan bahwa keperawatan memerlukan pengetahuan yang berbeda dari pengetahuan kedokteran, dan oleh karena itu profesikeperawatan pun terpisah dan berbeda dari profesi kedokteran. Pada masa sekarang banyak perdebatan-perdebatan tentang teori-teori dalam keperawatan yang dikemukakan tersebut mempunyai beberapa kesamaan dan juga perbedaan dalam empat koponen esensial paradigma keperawatan, yaitu ;
- Person
- Environment
- Health
- Nursing.
Namun, tujuan akhir (ultimate goal) dari pengembangan teori yang dapat berupa model konsep / paradigma keperawatan yang akan memberi arahan kepada para ilmuwan keperawatan untuk menjadi semakin mendekati kebenaran (truth).
Evolusi perkembangan teori keperawatan dapat dilihat pada daftar berikut ;
- Philosohy : antara lain :
Florence N (1860),Hall (1960s), Abdellah (1960s-70s), Henderson (1960s, Orem (1950s-80s), Adam (1980s)
- Interpersonal Relationship: antara lain;
Peplau (1950s), Orlando (1960s), King (1970s – 80s).
- Energy field : antara lain;
Levine (1960s – 70s), Rogers (1970s-80s), Newman (1979s-80s).
- System : antara lain :
Newman (1970s – 80s), Roy (1970s-80s), Johnson (1980s)

D. Perkembangan Profesionalisme Keperawatan
Melihat catatan sejarah tentang awal mula keberadaan perawat di Indonesia, yang diperkirakan baru bermula pada awal abad ke 19, dimana disebutkan adanya perawat saat itu adalah dikarenakan adanya upaya tenaga medis untuk memberikan pelayanan kesehatan yang lebih baik sehingga diperlukan tenaga yang dapat membantu atau tenaga pembantu. Tenaga tersebut dididik menjadi seorang perawat melalui pendidikan magang yang berorientasi pada penyakit dan cara pengobatannya. Sampai dengan perkembangan keperawatan di Indonesia pada tahun 1983 PPNI melakukan Lokakarya Nasional Keperawatan di Jakarta, melalui lokakarya tersebut perawat bertekad dan bersepakat menyatakan diri bahwa keperawatan adalah suatu bidang keprofesian.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, di ilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).

E. Pohon Ilmu (Body of Knowledge)
Pohon ilmu dari keperawatan adalah ilmu keperawatan itu sendiri. Pendidikan keperawatan sebagai pendidikan profesi harus dikembangkan sesuai dengan kaidah-kaidah ilmu dan profesi keperawatan, yang harus memiliki landasan akademik dan landasan professional yang kokoh dan mantap.
Pengembangan pendidikan keperawatan bertolak dari pengertian dasar tentang ilmu keperawatan seperti yang dirumuskan oleh Konsorsium Ilmu kesehatan (1991) yaitu : “ Ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu dasar seperti ilmu alam, ilmu social, ilmu perilaku, ilmu biomedik, ilmu kesehatan masyarakat, ilmu dasar keperawatan, ilmu keperawatan komunitas dan ilmu keperawatan klinik, yang apluikasinya menggunakan pendekatan dan metode penyelesaian masalah secara ilmiah, ditujukan untuk mempertahankan, menopang, memelihara dan meningkatkan integritas seluruh kebutuhan dasar manusia “.
Wawasan ilmu keperawatan mencakup ilmu-ilmu yang mempelajari bentuk dan sebab tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia, melalui pengkajian mendasar tentang hal-hal yang melatar belakangi, serta mempelajari berbagai bentuk upaya untuk mencapai kebutuhan dasar tersebut melalui pemanfaatan semua sumber yang ada dan potensial.
Bidang garapan dan fenomena yang menjadi objek studi keperawatan adalah penyimpangan dan tidak terpenuhinya kebutuhan dasar manusia (bio-psiko-sosio-spiritual), mulai dari tingkat individu tang utuh (mencakup seluruh siklus kehidupan), sampai pada tingkat masyarakat, yang juga tercermin pada tidak terpenuhinya kebutuhan dasar pada tingkat system organ fungsional sampai sub seluler atau molekuler.

F. Cerminan Perawat Profesional
Cerminan nilai professional perawat dalam praktik keperawatan dikelompokkan dalam nilai intelektual dan nilai komitmen moral interpersonal, sebagai berikut :
1. Nilai intelektual
Nilai intelektual dalam prtaktik keperawatan terdiri dari
a. Body of Knowledge
b. Pendidikan spesialisasi (berkelanjutan)
c. Menggunakan pengetahuan dalam berpikir secara kritis dan kreatif.
2. Nilai komitmen moral
Pelayanan keperawatan diberikan dengan konsep altruistic, dan memperhatikan kode etik keperawatan. Menurut Beauchamp & Walters (1989) pelayanan professional terhadap masyarakat memerlukan integritas, komitmen moral dan tanggung jawab etik.
Aspek moral yang harus menjadi landasan perilaku perawat adalah :
a. Beneficience
Perawat selalu mengupayakan keputusan yang dibuat berdasarkan keinginan melakukan yang terbaik dan tidak merugikan klien. (Johnstone, 1994)
b. Fair
Tidak mendeskriminasikan klien berdasarkan agama, ras, social budaya, keadaan ekonomi dan sebagainya, tetapi memprlakukan klien sebagai individu yang memerlukan bantuan dengan keunikan yang dimiliki.
c. Fidelity
Berperilaku caring (peduli, kasih sayang, perasaan ingin membantu), selalu berusaha menepati janji, memberikan harapan yang memadahi, komitmen moral serta memperhatikan kebutuhan spiritual klien.






















BAB III
TANTANGAN DALAM PROFESI KEPERAWATAN

Tantangan profesi keperawatan adalah profesi yang sudah mendapatkan pengakuan dari profesi lain, dituntut untuk mengembangkan dirinya untuk berpartisipasi aktif dalam sistem pelayanan kesehatan agarkeberadaannya mendapat pengakuan dari masyarakat. Untuk mewujudkan pengakuan tersebut, maka perawat masih harus memperjuangkan langkah-langkah profesionalisme sesuai dengan keadaan dan lingkungan sosial.
Tantangan profesi perawat di Indonesia di abad 21 ini semakin meningkat. Seiring tuntutan menjadikan profesi perawat yang di hargai profesi lain. Profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Tantangan ini tidak hanya dari eksternal tapi juga dari internal profesi ini sendiri. Pembenahan internal yang meliputi empat dimensi dominan yaitu; keperawatan, pelayanan keperawatan, asuhan keperawatan dan praktik keperawatan. Belum lagi tantangan eksternal berupa tuntutan akan adanya registrasi, lisensi, sertifikasi, kompetensi dan perubahan pola penyakit, peningkatan kesadaran masyarakat akan hak dan kewajiban, perubahan system pendidikan nasional, serta perubahan-perubahan pada supra system dan pranata lain yang terkait.
Untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Organisasi profesi dalam menentukan standarisasi kompetensi dan melakukan pembinaan, lembaga pendidikan dalam melahirkan perawat-perawat yang memiliki kualitas yang diharapkan serta pemerintah sebagai fasilitator dan memiliki peran-peran strategis lainnya dalam mewujudkan perubahan ini. Profesi memiliki beberapa karakteristik utama sebagai berikut;
1. Suatu profesi memerlukan pendidikan lanjut dari anggotanya, demikian juga landasan dasarnya.
2. Suatu profesi memiliki kerangka pengetahuan teoritis yang mengarah pada keterampilan, kemampuan, pada orma-norma tertentu.
3. Suatu profesi memberikan pelayanan tertentu.
4. Anggota dari suatu profesi memiliki otonomi untuk membuat keputusan dan melakukan tindakan.
5. Profesi sebagai satu kesatuan memiliki kode etik untuk melakukan praktik keperawatan

Perawat mempunyai tantangan yang sangat banyak salah satunya yaitu menjalakan tanggung jawab dan tanggung gugat yang besar. Tantangan dalam profesi keperawatan salah satunya yaitu mempunyai tanggung jawab yang tinggi, tanggung jawab tersebut tidak hanya kepada kliennya saja tetapi tanggung jawab yang diutamakan yaitu tanggung jawab terhadap Tuhannya (Responsibility to God), tanggung jawab tehadap klien dan masyarakat (Responsibility to Client and Society), dan tanggung jawab terhadap rekan sejawat dan atasan (Responsibility to Colleague and Supervisor).
Tanggung jawab secara umum, yaitu;
1. Menghargai martabat setiap pasien dan keluargannya.
2. Menghargai hak pasien untuk menolak pengobatan, prosedur atau obat-obatan tertentu dan melaporkan penolakan tersebut kepada dokter dan orang-orang yang tepat di tempat tersebut.
3. Menghargai setiap hak pasien dan keluarganya dalam hal kerahasiaan informasi.
4. Apabila didelegasikan oleh dokter menjawab pertanyaan-pertanyaan pasien dan memberi informasi yang biasanya diberikan oleh dokter.
5. Mendengarkan pasien secara seksama dan melaporkan hal-hal penting kepada orang yang tepat.

Dan tanggung gugat yang menjadi salah satu tantangan dalam profesi keperawatan didasarkan peraturan perundang-undangan yang ada. Tanggung gugat bertujua untuk : (1). Mengevaluasi praktisi-praktisi professional baru dan mengkaji ulang praktisi-praktisi yang sudaj ada, (2). Mempertahankan standart perawatan kesehatan, (3). Memberikan fasilitas refleksi professional, pemikiran etis dan pertumbuhan pribadi sebagai bagian dari professional perawatan kesehatan, (4). Memberi dasar untuk membuat keputusan etis.
Tanggung gugat pada setiap tahap proses keperawatan, meliputi:
1. Tahap Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan yang mempunyai tujuan mengumpulkan data.
Perawat bertanggung gugat untuk pengumpulan data atau informasi, mendorong partisipasi pasien dan penentuan keabsahan data yang dikumpulkan.
Pada saat mengkaji perawat bertanggung gugat untuk kesenjangan-kesenjangan dalam data yang bertentangan data yang tidak atau kurang tepat atau data yang meragukan.
2. Tahap Diagnosa Keperawatan
Diagnosa merupakan keputusan professional perawat menganalisa data dan merumuskan respon pasien terhadap masalah kesehatan baik actual atau potensial.
Perawat bertanggung gugat untuk keputusan yang dibuat tentang masalah-masalah kesehatan pasien seperti pernyataan diagnostic (masalah kesehatan yang timbul pada pasien apakan diakui oleh pasien atau hanya perawat)
Apakah perawat mempertimbangkan nilai-nilai, keyakinan dan kebiasaan atau kebudayaan pasien pada waktu menentukan masalah-masalah kesehatan
3. Tahap Perencanaan
Perencanaan merupakan pedoman perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan, terdiri dari prioritas masalah, tujuan serta rencana kegiatan keperawatan.
Tanggung gugat yang tercakup pada tahap perencanaan meliputi: penentuan prioritas, penetapan tujuan dan perencanaan kegiatan-kegiatan keperawatan.
Langkah ini semua disatukan ke dalam rencana keperawatan tertulis yang tersedia bagi semua perawat yang terlibat dalam asuhan keperawatan pasien.
Pada tahap ini perawat juga bertanggung gugat untuk menjamin bahwa prioritas pasien juga dipertimbangkan dalam menetapkan prioritas asuhan.
4. Tahap Implementasi
Implementasi keperawatan adalah pelaksanaan dari rencana asuhan keperawatan dalam bentuk tindakan-tindakan keperawatan.
Perawat bertanggung gugat untuk semua tindakan yang dilakukannya dalam memberikan asuhan keperawatan.
Tindakan-tindakan tersebut dapat dilakukan secara langsung atau dengan bekerja sama dengan orang lain atau dapat pula didelegasikan kepada orang lain.
Kegiatan keperawatan harus dicatat setelah dilaksanakan, oleh sebab itu dibuat catatan tertulis.
5. Tahap Evaluasi
Evaluasi merupakan tahap penilaian terhadap hasil tindakan keperawatan yang telah diberikan, termasuk juga menilai semua tahap proses keperawatan.
Perawat bertanggung gugat untuk keberhasilan atau kegagalan tindakan keperawatan.
Perawat harus dapat menjelaskan mengapa tujuan pasien tidak tercapai dan tahap mana dari proses keperawatan yang perlu dirubah dan mengapa hal itu terjadi.
Setiap tantangan yang meliputi tanggung jawab dan tanggung gugat mempunyai bagian masing-masing. Dapat disimpulkan bahwa menghadapi tantangan yang sangat berat tersebut, diperlukan perawat dengan sikap yang selalu dilandasi oleh kaidah etik profesi. Upaya yang paling strategik untuk dapat menghasilkan perawat pofesional melalui pendidikan keperawatan profesional.

Adapun keperawatan sebagai suatu profesi memiliki ciri-ciri sebagai berikut:
1. Memberi pelayanan atau asuhan dan melakukan penelitian sesuai dengan kaidah ilmu dan ketrampilan serta kode etik keperawatan.
2. Telah lulus dari pendidikan pada Jenjang Perguruan Tinggi (JPT) sehingga diharapkan mampu untuk :
(a) Bersikap professional,
(b) Mempunyai pengetahuan dan ketrampilan professional
(c) Memberi pelayanan asuhan keperawatan professional, dan
(d) Menggunakan etika keperawatan dalam memberi pelayanan
3. Mengelola ruang lingkup keperawatan berikut sesuai dengan kaidah suatu profesi dalam bidang kesehatan, yaitu:
(a) Sistem pelayanan atau asuhan keperawatan
(b) Pendidikan atau pelatihan keperawatan yang berjenjang dan berlanjut
(c) Perumusan standar keperawatan (asuhan keperawatan, pendidikan keperawatan registrasi atau legislasi), dan
(d) Melakukan riset keperawatan oleh perawat pelaksana secara terencana dan terarah sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi.











BAB IV
PENUTUP

Dari uraian diatas, maka dapat diambil kesimpulan bahwa kondisi keperawatan Indonesia masih jauh tertinggal dari negara-negara maju, bahkan dibandingkan negara-negara ASEAN sekalipun. Kurangnya penghargaan pemerintah terhadap perawat yang dibuktikan dengan pemberian gaji yang kecil padahal perawat memiliki pekerjaan dan tanggung jawab yang besar adalah salah satu contoh. Gaji kecil, yang bahkan tidak cukup untuk menutupi kebutuhan hidup, seringkali membawa dampak pada profesionalisme kinerja perawat itu sendiri.
Perkembangan profesionalisme keperawatan di Indonesia berjalan seiring dengan perkembangan pendidikan keperawatan yang ada di Indonesia. Pengakuan perawat profesionalan pemula adalah bagi mereka yang berlatar belakang pendidikan Diploma III keperawatan. Program ini menghasilkan perawat generalis sebagai perawat professional pemula, dikembangkan dengan landasan keilmuan yang cukup dan landasan professional yang kokoh.
Perkembangan pendidikan keperawatan dalam rangka menuju tingkat keprofesionalitasan tidak cukup sampai di tingkat diploma saja, diilhami keinginan dari profesi keperawatan untuk terus mengembangkan pendidikan maka berdirilah PSIK FK-UI (1985) dan kemudian disusul dengan pendirian program paska sarjana FIK UI (1999).
Profesi keperawatan dihadapkan pada banyak tantangan. Salah satu dari tantangan tersebut menjalankan tanggung jawab dan tanggung gugat sebagai perawat. Untuk menjawab tantangan-tantangan itu dibutuhkan komitmen dari semua pihak yang terkait dengan profesi ini, organisasi profesi, lembaga pendidikan keperawatan juga tidak kalah pentingnya peran serta pemerintah. Dapat disimpulkan bahwa menghadapi tantangan yang sangat berat, diperlukan perawat dengan sikap yang selalu dilandasi oleh kaidah etik profesi. Upaya yang paling strategik untuk dapat menghasilkan perawat pofesional melalui pendidikan keperawatan profesional.
Peningkatan kualitas organisasi profesi keperawatan dapat dilakukan melalui berbagai cara dan pendekatan antara lain :
1. Mengembangkan system seleksi kepengurusan melalui penetapan kriteria dari berbagai aspek kemampuan, pendidikan, wawasan, pandangan tentang visi dan misi organisasi, dedikasi serta keseterdiaan waktu yang dimiliki untuk organisasi.
2. Memiliki serangkaian program yang kongkrit dan diterjemahkan melalui kegiatan organisasi dari tingkat pusat sampai ke tingkat daerah. Prioritas utama adalah program pendidikan berkelanjutan bagi para anggotanya.
3. Mengaktifkan fungsi collective bargaining, agar setiap anggota memperoleh penghargaan yang sesuai dengan pendidikan dan kompensasi masing-masing.
4. Mengembangkan program latihan kepemimpinan, sehingga tenaga keperawatan dapat berbicara banyak dan memiliki potensi untuk menduduki berbagai posisi di pemerintahan atau sector swasta.
5. Meningkatkan kegiatan bersama dengan organisasi profesi keperawatan di luar negeri, bukan anya untuk pengurus pusat saja tetapi juga mengikut sertakan pengurus daerah yang berpotensi untuk dikembangkan.











DAFTAR PUSTAKA

M. Muhammad, Siswanto. 2009. Trend dan Perkembangan Kebutuhan Pelayanan Keperawatan dalam Persaingan Global. Dalam Simposium Nasional Keperawatan Universitas Airlangga

Nursalam. 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Nursalam. 2007. Manajement Keperawatan. Konsep dan Praktik. Edisi 2. Jakarta. Salemba Medika

Nursalam. 2003. Konsep dan Penerapan Metodologi Penelitian Ilmu Keperawatan. Jakarta: Salemba Medika

Reformasi Keperawatan Indonesia. Website URL: http: //www.inna-ppni.or.id
Priharjo, Robert. 1995. Praktek Keperawatan Profesional: Konsep Dasar Dan Hukum. Jakarta: EGC

Menyiapkan Perawat yang Siap Berkompetisi di Era Pasar Global. Website URL: http: // io.ppi-jepang.org

Gaffar, 1999, Pengantar Keperawatan Profesional, EGC

Hidayat, AAA, 2004, Pengantar konsep dasar keperawatan, Penerbit Salemba Medika

Potter & Perry, 2005, Buku ajar fundamental: konsep, proses, Praktik, vol 1 edisi 4, alih bahasa asih yasmin, EGC, Jakarta

Stuart & sundeen, 1995, Konsep diri, EGC, Jakarta

2 komentar:

  1. makalah buat perawat tingkat I

    BalasHapus
  2. Online Casino No deposit Bonus Code - Karangpintar
    Online casino no deposit bonus codes. We have a list of the Best and Top Online Casino 메리트카지노총판 with Free Spins. Our list contains no 1xbet deposit free spins on this kadangpintar

    BalasHapus