Rabu, 28 April 2010

TENTANG PENGERTIAN DAN PERUBAHAN FISIK PUBERTAS DI SMP -

i

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

WHO dan beberapa badan dunia lainnya tahun 1998, menghimbau semua Negara Asia Tenggara agar memberikan komitmennya untuk memperhatikan dan melindungi kebutuhan remaja akan informasi, ketrampilan, pelayanan dan lingkungan yang umum dan kesehatan reproduksi remaja. (Soetjiningsih, 2004).

Departemen kesehatan RI bersama lembaga swasta tahun 1996 telah merumuskan tentang empat komponen pelayanan reproduksi essensial yaitu kesehatan Ibu dan anak, keluarga berencana, pencegahan dan pemberantasan IMS/ HIV-AIDS dan dengan sendirinya harus ditangani secara khusus yaitu dengan peralatan yang cukup dan tenaga yang terlatih.

Tujuan kesehatan reproduksi remaja adalah menurunkan resiko kehamilan dan pengguguran yang tidak aman, menurunkan penularan IMS/HIV-AIDS, memberikan informasi kontrasepsi dan konseling untuk mengambil keputusan sendiri tentang kesehatan reproduksi. (Soetjiningsih, 2004).

Remaja adalah masa transisi antara masa kanak-kanak dan dewasa, dimana terjadi pacu tumbuh, timbul ciri-ciri seks sekunder, tercapainya fertilitas dan terjadi perubahan­-perubahan psikologik serta kognitif. Untuk tercapainya tumbuh kembang yang optimal tergantung pada potensi biologiknya. Tingkat tercapainya potensi biologik seorang remaja merupakan hasil interaksi antara faktor genetik dan lingkungan Biofisikopsikososial. Proses yang unik dan hasil akhir yang berbeda-beda. (Soetjiningsih, 2004).

Selama perkembangan menuju dewasa, tubuh berkembang secara terus menerus. Keseluruhan frekuensi perubahan terjadi dengan cepat sebelum lahir, selama masa bayi, dan saat pubertas.(Cristian , 2004).

Masa pubertas adalah terjadinya perubahan biologis yang meliputi morfologi dan fisiologi yang terjadi dengan pesat dari masa anak kemasa dewasa, terutama kapasitas reproduksi yaitu perubahan alat kelamin dari tahap anak kedewasa. (Soetjiningsih, 2004).

Pubertas dimulai sekitar usia 10 atau 11 tahun pada remaja putri, kira-kira 2 tahun sebelum perubahan pubertas pada remaja laki-laki. Kematangan seksual dan terjadinya perubahan bentuk tubuh sangat berpengaruh pada kehidupan kejiwaan remaja, sementara itu perhatian remaja sangat besar terhadap penampilan dirinya sehingga mereka sering merisaukan bentuk tubuhnya yang kurang proporsional tersebut. Apabila mereka sudah dipersiapkan dan mendapatkan informasi tentang perubahan tersebut maka mereka tidak akan mengalami kecemasan dan reaksi negatif lainnya, tetapi bila mereka kurang memperoleh informasi, maka akan merasakan pengalaman yang negatif (Soetjiningsih, 2004).

Menurut WHO (1995) sekitar seperlima dari penduduk dunia adalah remaja berusia 10-19 tahun. Sekitar 900 juta berada di negara sedang berkembang. Data demografi di Amerika Serikat (1990) menunjukkan jumlah remaja berumur 10-19 tahun. Sekitar 15 % populasi. Di Asia Pasifik dimana penduduknya merupakan 60 % dari penduduk dunia, seperlimanya adalah remaja umur 10 - 19 tahun. Di Indonesia menurut Biro Pusat Statistik (1999) kelompok umur 10 - 19 tahun adalah sekitar 22 % yang terdiri dari 50,9 % remaja laki-laki dan 49,1 % remaja perempuan. (Nancy P, 2002).

Sedangkan jumlah penduduk di kotamadya Sibolga tahun 2005 adalah 6.983.699 jiwa dan jumlah remaja usia 10-14 tahun adalah 714.615 jiwa sedangkan yang berusia 15-19 tahun adalah 761.516 jiwa (Kelurahan Rawang III 2009), saat ini jumlah penduduk di Kotamadya Sibolga sekitar 125.086 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 10-14 tahun adalah 12.334 jiwa, sedangkan jumlah penduduk usia 11-14 tahun adalah 14.513 jiwa (Kelurahan Rawang III 2009).

Batasan penelitian ini adalah pengetahuan pengaruh pubertas terhadap pergaulan bebas di kelurahan Rawang III Sibolga meliputi pengertian pubertas terhadap pergaulan bebas.

Dari hasil prasurvey terhadap 15 remaja yang berusia 11-14 tahun di kelurahan rawang III, peneliti melakukan wawancara mengenai pengaruh pubertas terhadap pergaulan bebas dan didapatkan bahwa hampir semuanya belum mengerti tentang pengaruh pubertas terhadap pergaulan bebas.

Berdasarkan fenomena di atas, maka penulis tertarik melakukan penelitian untuk mengetahui sejauh mana pengetahuan remaja awal usia (11-14 tahun) tentang pengaruh pubertas terhadap pergaulan bebas di kelurahan rawang III Sibolga.

B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas maka rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: "Bagaimana Pengaruh Pubertas Terhadap Pergaulan Bebas di Kelurahan Rawang III".

C. Ruang Lingkup Penelitian

1. Jenis Penelitian : Deskriptif

2. Subjek penelitian : Remaja di kelurahan Rawang III Propinsi SUMUT Kabupaten Tapanuli Tenggah Kotamadya Sibolga.

3. Objek Penelitian : Pengaruh pubertas terhadap pergaulan bebas.

4. Lokasi Penelitian : Kelurahan Rawang III.

5. Waktu Penelitian : April-Mei 2007.

6. Alasan Penelitian : Dari awal hasil presurvey terhadap 15 remaja yang berusia 11-14 tahun di Kelurahan Rawang, peneliti melakukan wawancara mengenai Pengaruh pubertas terhadap pergaulan bebas dan didapatkan bahwa hampir semuanya belum mengerti tentang pengaruh pubertas terhadap pergaulan bebas.

D. Tujuan Penelitian

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan remaja awal (15-16 tahun) tentang pengaruh pubertas terhadap pergaulan bebas di kelurahan Rawang III Sibolga tahun 2010.

E. Manfaat Penelitian

Hasil penelitian diharapkan dapat bermanfaat bagi :

1. Bagi Tempat Penelitian

Sebagai masukan informasi bagi kelurahan Rawang mengenai pengetahuan remaja awal (11 -14 tahun) tentang pengaruh pubertas terhadap pergaulan bebas.

2. Bagi Instansi

Diharapkan hasil penelitian ini dapat menjadi masukan untuk memperluas wawasan mahasiswa jurusan kebidanan.

3. Bagi penelitian

Dapat memberikan masukan hal - hal apa saja yang telah diteliti sehingga digunakan sebagai referensi untuk penelitian selanjutnya.

4. Bagi Responden

Sebagai bahan informasi dan dapat menambah pengetahuan remaja awal (11-14 tahun) di kelurahan Rawang tentang pengaruh pubertas terhadap pergaulan bebas.

1 komentar: